Rabu 03 Nov 2021 12:01 WIB

Pelan-Pelan Israel Rusak Lingkungan Palestina

Krisis air bersih yang semakin memburuk di Jalur Gaza.

Iring-iringan truk tanki air membawa air bersih untuk warga di Jalur Gaza Palestina.
Foto:

IHRAM.CO.ID, Oleh Kamran Dikarma / Rizky Jaramaya / Mabruroh

Dalam konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 atau COP26, di Glasgow, Skotlandia pada Senin (1/11), Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan Israel telah secara sistematis menghancurkan lingkungan Palestina.

Shtayyeh mengungkapkan, selain permukiman ilegal, Israel mencemari lingkungan Palestina dengan tambang dan pusat pembuangan limbah kimia, elektronik, atau padat. Menurutnya, selain menyengsarakan kehidupan warga Palestina, apa yang dilakukan Israel dapat membawa efek negatif berlipat terkait perubahan iklim.

Shtayyeh mengatakan, Israel telah mencabut sekitar 2,5 juta pohon di Palestina sejak 1967. Sebanyak 800 ribu di antaranya adalah pohon zaitun.

“Mereka yang melihat peta modern Palestina menyaksikan bagaimana lingkungan telah dihancurkan secara sistematis,” katanya, dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (2/11).

Dia mengungkapkan, persediaan air tahunan Palestina sekitar 800 juta meter kubik. Namun Israel telah mencuri 600 juta meter kubik di antaranya. “Ini bagian dari kebijakan kolonialis sistematis Israel untuk mengubah tanah kami menjadi gurun dan merebutnya,” ujar Shtayyeh.

Tak hanya itu, sumber air pun telah tercemar karena menjadi terlalu asin. Pencemaran terutama terjadi di jalur Gaza. Pengungsi dari kamp pengungsi Al-Shati Falesteen Abdelkarim (36 tahun) mengatakan meski memiliki akses untuk menggunakan air keran tiga kali seminggu, tetapi air di daerahnya tidak bisa diminum.

“Rasanya seperti berasal dari laut.  Kami tidak bisa menggunakannya untuk minum, memasak, atau bahkan mandi. Bahkan terkadang air itu bercampur dengan limbah,” kata Falesteen Abdelkarim (36 tahun) dari kamp pengungsi Al-Shati dilansir Aljazirah, Rabu (13/10).

Sementara itu, Muhammad Saleem (40 tahun) dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Gaza utara, mengatakan, upaya dia untuk menumbuhkan kebun di rumahnya telah gagal. Dia mengatakan, air yang tercemar membuat tanamannya menjadi kering dan mati.

“Semua tanaman saya mengering dan mati karena salinitas air yang tinggi dan klorida yang tinggi,” ujar Saleem.

Saleem menambahkan, dia tidak mungkin menggunakan air keran kota untuk minum, memasak, atau kebutuhan lainnya. “Jika tanaman mati karena air ini, bagaimana dengan tubuh manusia?" ujarnya.

Organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan krisis air bersih yang semakin memburuk di Jalur Gaza. Pada sesi ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Senin (11/10) lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan, serta Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan, air di Gaza tidak dapat diminum dan secara perlahan telah meracuni warga.

"Blokade Israel telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Gaza, dan membuat 97 persen air terkontaminasi. Penduduk dipaksa untuk menyaksikan anak-anak dan orang yang mereka cintai mengalami keracunan," ujar pernyataan bersama sejumlah organisasi hak asasi manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement