IHRAM.CO.ID, KASHMIR -- Sejumlah ulama Syiah dan Sunni di Kashmir, India, mengambil bagian dalam sebuah pertemuan. Kegiatan tersebut digelar di Distrik Shalimar di kota itu. “Persatuan Umat dan Warisan Suci Nabi SAW” menjadi judul dan tujuan dalam konferensi tersebut. Adapun kegiatan diakhiri dengan doa untuk persatuan di dunia Muslim.
Dilansir di AhlulBayt News Agency, Sabtu (6/11), Islam merupakan agama utama yang dipraktikkan di Kashmir. Sebanyak 97 persen penduduk di wilayah itu mengidentifikasi diri sebagai Muslim. Mayoritas Muslim Kashmir adalah Muslim Sunni. Sementara itu, Muslim Syiah berjumlah sekitar 10 persen dari populasi.
Sebelumnya pada pertengahan Oktober terjadi pembunuhan brutal terhadap tiga Pandit Kashmir di Srinagar. Kejadian tersebut dinilai masih menimbulkan tanda tanya atas nasib keberadaan warga Kashmir non-Muslim di lembah itu.
Setelah pembunuhan brutal terhadap ahli kimia terkenal Makhanlal, para ekstremis membunuh kepala sekolah Supender Kaur dan seorang guru Deepak Chand. Supender Kaur dikenal sebagai seorang wanita baik hati yang telah mengabdikan setengah gajinya untuk pendidikan anak-anak miskin. Dia juga telah mengadopsi seorang gadis Muslim.
“Serangan terhadap minoritas adalah bagian dari konspirasi menciptakan jurang pemisah antara komunitas mayoritas dan minoritas di lembah itu. Tidak dapat disangkal persaudaraan Muslim dan Hindu adalah korban terbesar dari gerakan separatis Kashmir,” kata Ketua Komite Koordinasi Sikh Partai Jagmohan Singh Raina.
Umat Hindu dan Muslim telah hidup di lembah tersebut selama ratusan tahun dengan damai dan bersahabat. Mereka memiliki bahasa, budaya dan tradisi yang sama. Pariwisata merupakan sumber pendapatan terbesar bagi umat Islam setempat. Karena situasi hukum dan ketertiban yang memburuk di lembah itu, sektor ini juga terkena dampak yang parah.