Selasa 09 Nov 2021 11:14 WIB

Film The Stranger Jadi Sorotan di Festival Film Palestina

The Stranger menceritakan warga Golan, wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Tentara Israel beristirahat selama pelatihan di sebuah bangunan terbengkalai yang dulunya adalah markas tentara Suriah di Quneitra sebelum diambil alih oleh Israel, di Dataran Tinggi Golan, 15 Februari 2021.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel beristirahat selama pelatihan di sebuah bangunan terbengkalai yang dulunya adalah markas tentara Suriah di Quneitra sebelum diambil alih oleh Israel, di Dataran Tinggi Golan, 15 Februari 2021.

IHRAM.CO.ID, RAMALLAH – Ratusan orang menonton film Palestina yang diambil di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Festival Film Palestina. Film tersebut berlatar belakang perang saudara Suriah.

The Stranger menceritakan kisah Adnan, warga Golan yang merasa seperti orang luar di komunitasnya sendiri tetapi menemukan tujuan baru dalam membantu seorang pria yang tiba di wilayah tersebut setelah terluka dalam konflik Suriah.

Sutradara dan penulis skenario Ameer Fakher Eldin mengatakan pengalaman Adnan berdasarkan dari realita warga Suriah. Banyak dari mereka yang terpisah dari tempat asal di Golan, wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 dan dicaplok dalam langkah yang tidak diakui secara internasional.

“Kami tinggal di Golan di pagar perbatasan dengan tanah air kami. Bayangkan mendengar gema perang tetapi tidak melihat perang selama 10 tahun,” kata Eldin tentang perang saudara di Suriah.

Eldin menyebut pengalaman itu telah mendorongnya untuk bertanya milik siapa perang ini dan apakah ada dalam diri sendiri. Festival Film Palestina yang sekarang tahun kedelapan, aktor dan pembuat film berpose di karpet merah di luar Istana Budaya Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.

Festival tersebut diadakan di enam kota yang sering dipisahkan oleh perbatasan dan pos pemeriksaan. Sejumlah film yang ditayangkan ada di Tepi Barat, Gaza, Yerusalem Timur, Nazareth dan Haifa. Sementara itu, penonton termasuk anggota minoritas Arab Israel yang menganggap diri mereka sebagai warga Palestina Israel.

“Kami ingin menjangkau audiens kami di kota-kota yang berbeda. Kami ingin memberi mereka kesempatan ini untuk kembali ke bioskop dan menghidupkan kembali budaya sinema di kota-kota ini meskipun ada hambatan pendudukan Israel,” kata Juru Bicara Festival Khulood Badawi.

Dilansir Arab News, Selasa (9/11), Israel merebut Tepi Barat dalam konflik 1967 dan mengutip masalah keamanan dalam mempertahankan pos pemeriksaan di seluruh wilayah. Di antara film-film yang diputar di festival 2021 adalah Bread and Butter yang mendokumentasikan perjalanan berbahaya melalui pos pemeriksaan yang ramai. Dikisahkan orang-orang Palestina yang bekerja di Israel tidak memiliki izin kerja yang diselundupkan ke negara itu.

“Bioskop adalah alat untuk mengangkat suara kita, menceritakan kisah kita, dan narasi kita,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement