Selasa 09 Nov 2021 14:54 WIB

Tembok Penghalang Israel Hancurkan Kehidupan Palestina

Hampir dua dekade Israel memicu kontroversi dengan membangun penghalang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Tembok yang dibangun Israel untuk memisahanwilayah palestina yang didudukinya denganwilayah yang disebutkan sebagai terotorial Israel. Pembangunan tembok seperti ini sudah dilakukan sejak 20 tahun silam.
Foto:

Hampir dua dekade setelah Israel memicu kontroversi di seluruh dunia dengan membangun penghalang selama pemberontakan Palestina. Puluhan ribu orang Palestina mengantri di pos pemeriksaan setiap pagi untuk memasuki Israel dan bekerja di bidang konstruksi dan pertanian bahkan untuk bekerja di lahan pribadi mereka.

Israel mengatakan penghalang itu membantu menghentikan gelombang bom bunuh diri dan serangan lain oleh warga Palestina yang menyelinap ke negara itu selama pemberontakan 2000-2005. Keberadaan penghalang itu pun dinilai masih diperlukan untuk mencegah kekerasan mematikan.

Sebanyak 85 persen dari penghalang yang masih belum selesai ada di dalam Tepi Barat yang diduduki, mengukir hampir 10 persen dari wilayahnya. Palestina melihatnya sebagai perampasan tanah ilegal dan Mahkamah Internasional pada 2004 mengatakan penghalang itu bertentangan dengan hukum internasional.

Sedangkan Yerusalem dan kota Betlehem di Tepi Barat, penghalangnya adalah tembok beton yang menjulang setinggi beberapa meter yang dimahkotai dengan kawat berduri dan kamera. Di daerah pedesaan sebagian besar terdiri dari pagar kawat berduri dan jalan militer tertutup.

Sepanjang jalan raya utara-selatan utama Israel, penghalang disembunyikan oleh pekerjaan tanah dan lansekap. Pengendara hanya dapat melihat sekilas realitas pemerintahan militer. Israel selalu mengatakan penghalang itu tidak dimaksudkan untuk menggambarkan perbatasan permanen. Beberapa pendukung mengatakan pada saat itu bahwa dengan mengurangi kekerasan itu akan membantu proses perdamaian.

"Pagar itu dibangun hanya untuk kebutuhan keamanan saja. Kami memahami saat membangunnya bahwa itu mungkin menjadi perbatasan di masa depan yang jauh... tapi ini bukan tujuan pagar ini," ujar pensiunan kolonel Israel yang mengawasi pembangunan penghalang hingga 2008, Netzah Mashiah.

Memang, penghalang itu hanya terlihat seperti perbatasan yang dijaga ketat. Orang Israel dan Palestina tinggal di kedua sisi, dan Israel secara aktif membangun pemukiman dan infrastruktur pemukiman di timur penghalang.

Sedangkan penghalang di Betlehem, tembok beton yang menjulang tinggi ditutupi dengan grafiti politik dan seringkali karya seni satir. Salah satunya mengacu pada episode komedi HBO Larry David "Curb Your Enthusiasm".

Dalam adegan itu pria Yahudi memanfaatkan restoran Palestina untuk menyembunyikan urusan mereka dari istrinya. Yang lain memberi penghormatan kepada George Floyd, yang meninggal akibat seorang perwira polisi Minneapolis tahun lalu.

Tembok itu menjadi objek wisata eklektik setelah seniman grafiti terkenal dunia Banksy diam-diam melukis dinding di tahun 2000-an. Pada 2017, dia membuka "Walled-Off Hotel" sebuah monumen seni bertema perlawanan yang suram.

Pemilik toko suvenir terdekat Abu Yamil menjual cetakan Banksy dan kartu pos di antara pernak-pernik lainnya. Pria berusia 70 tahun itu bernostalgia tentang situasi beberapa dekade yang lalu, ketika orang-orang Palestina dapat bepergian dengan bebas.

"Itu adalah pendudukan, tapi kami hidup bersama. Saya mengendarai mobil saya ke Tel Aviv," ujar Abu Yamil.

Seperti banyak orang Palestina, Abu Yamil meragukan penghalang yang belum selesai itu memiliki banyak tujuan. "Tembok ini akan ada di sini selamanya, karena mereka tidak menginginkan perdamaian. Israel menginginkan semua tanah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement