Ibrahim Sayyadi, seorang peneliti dalam sejarah Kepulauan Farasan, mengatakan kepada Arab News bahwa Farasan terdaftar dalam Program Manusia dan Biosfer UNESCO, salah satu tujuan Visi Saudi 2030 karena sifat dan arsitekturnya yang unik.
"Kami berharap beberapa bangunan yang ada dan yang hancur dipulihkan sesuai visi ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam melestarikan identitas arsitekturnya,” kata Sayyadi.
Mengingat alamnya yang indah, rumah-rumah ini dapat disulap menjadi akomodasi wisata atau hotel pribadi. Apalagi bahan yang dibutuhkan, seperti batu dan plester, sudah banyak ditemukan di pulau ini.
“Saya cukup yakin bahwa Farasan akan menjadi daya tarik utama di Laut Merah. Seiring dengan garis pantainya yang masih asli, habitat yang indah, dan identitas arsitektur yang dipulihkan, ini adalah harta negara saya,"ujar dia.
Huthayfa Madkhali, dosen Manajemen dan Pemasaran Pariwisata di Universitas Jazan, mengatakan bahwa warisan arsitektur Farasan dapat dibagi menjadi rumah penduduk, rumah pedagang, dan benteng atau benteng militer.
“Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional memulihkan dan melindungi desa Al-Qassar, yang merupakan model desa Farasan yang pengawalnya yang terkenal, Ali Mulaissi, berperan sebagai penjaga, pemandu, dan pengagum desanya,” kata dia.