IHRAM.CO.ID, ANKARA -- Turki tidak kuasa untuk membiarkan Afghanistan terlantar, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat kemarin, (10/12).
"Adalah keinginan kita bersama agar Afghanistan mencapai perdamaian dan stabilitas yang langgeng," kata Erdogan pada pertemuan Persatuan Parlemen Negara-negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (ISIPAB).
"Kami tidak memiliki kemewahan [tujuan] untuk membelakangi rakyat Afghanistan," tambah dia seperti dilansir Anadolu Agency.
Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, Turki dan LSM kemanusiaan Turki telah mengirimkan bantuan kepada rakyat Afghanistan, di mana para pejabat Turki memperingatkan tentang situasi kemanusiaan di negara itu.
Tentang krisis di Suriah, Erdogan menuduh Dewan Keamanan PBB tidak memenuhi tugasnya, dengan mengatakan badan itu telah berubah menjadi “organisasi yang sangat mengecewakan.”
Dia menambahkan bahwa negara-negara seperti Turki, yang bertetangga dengan wilayah krisis, menanggung beban nyata pada masalah migrasi dan pengungsi, daripada negara-negara Barat yang keras tentang masalah ini.
Turki telah menjadi titik transit utama bagi migran gelap yang ingin menyeberang ke Eropa untuk memulai kehidupan baru, terutama mereka yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan seperti perang saudara Suriah yang dimulai pada awal 2011.
Negara ini telah menampung 4 juta pengungsi, lebih banyak dari negara mana pun di dunia, di tengah tanda-tanda bahwa gelombang baru pengungsi Afghanistan mungkin menuju ke Turki dan Uni Eropa.
Mengenai perdamaian dan stabilitas permanen untuk konflik Israel-Palestina, Erdogan mengatakan hal itu hanya dapat diselesaikan dengan pembentukan negara Palestina yang "mandiri, berdaulat, dan terintegrasi secara teritorial" berdasarkan perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
"Membuat Palestina menanggung tindakan genosida terhadap orang-orang Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II adalah tidak adil dan tidak bermoral," ujar dia.
Tentang Islamofobia dan ujaran kebencian, Erdogan mendesak anggota ISIPAB untuk mengambil "langkah yang lebih tegas."
"Kami tidak bisa membiarkan Eropa, di mana 35 juta Muslim dari berbagai asal tinggal, berubah menjadi kamp konsentrasi bagi saudara-saudara kami. Sebagai sebuah organisasi, kita harus mengambil langkah yang lebih tegas dalam memerangi Islamofobia dan ujaran kebencian," ujarnya.
Presiden menyoroti bantuan Turki kepada negara-negara lain selama pandemi virus korona dengan mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan bantuan ke 160 negara dan 12 organisasi internasional yang membutuhkan, serta memasok vaksin ke 11 negara.