Kehebohan publik dan politik muncul pada September 2020 setelah pasukan Korut menembak mati seorang pejabat perikanan Korsel yang hilang di laut. Pyongyang menyalahkan aturan anti-virus corona dan meminta maaf.
Dua bulan sebelumnya, pemimpin Korut Kim Jong-un mengumumkan keadaan darurat nasional dan menutup kota perbatasan setelah seorang Korut yang sebelumnya membelot ke Selatan kembali ke Utara dan mengatakan dia memiliki gejala Covid-19. Penguncian dan pembatasan pergerakan antar-provinsi yang berkepanjangan di Korut juga telah mendorong jumlah pembelot yang tiba di Selatan ke titik terendah sepanjang masa.
Sebagian besar warga Korut yang melarikan diri terlebih dahulu pergi ke Cina sebelum pergi ke Selatan, biasanya melalui negara lain. Hanya sedikit yang berani menyeberangi DMZ yang penuh dengan ranjau darat dan memiliki kehadiran militer yang kuat di kedua sisi.
Korsel dan pasukan PBB yang dipimpin AS secara teknis masih berperang dengan Korea Utara sejak perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai.