Ahad 16 Jan 2022 12:00 WIB

Terancam Punah, Saudi Fokuskan Program Penyelamatan Penyu

Terancam Punah, Saudi Fokuskan Program Penyelamatan Penyu

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Terancam Punah, Saudi Fokuskan Program Penyelamatan Penyu. Foto: Dua ekor penyu hijau (Chelonia mydas) berjalan menuju perairan saat dilepasliarkan di Pantai Kuta, Badung, Bali, Sabtu (8/1/2022). Sebanyak 33 ekor penyu hijau yang sebagian besar merupakan hasil penggagalan upaya penyelundupan penyu yang diungkap Tim Patroli Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar di perairan selatan Bali pada akhir tahun 2021 lalu dilepasliarkan kembali ke laut.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Terancam Punah, Saudi Fokuskan Program Penyelamatan Penyu. Foto: Dua ekor penyu hijau (Chelonia mydas) berjalan menuju perairan saat dilepasliarkan di Pantai Kuta, Badung, Bali, Sabtu (8/1/2022). Sebanyak 33 ekor penyu hijau yang sebagian besar merupakan hasil penggagalan upaya penyelundupan penyu yang diungkap Tim Patroli Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar di perairan selatan Bali pada akhir tahun 2021 lalu dilepasliarkan kembali ke laut.

IHRAM.CO.ID,JEDDAH—Lima penyu yang ditemukan di pantai Arab Saudi telah diamankan oleh Pusat Satwa Liar Nasional Saudi. Menurut pusat tersebut, dari tujuh spesies penyu di lautan dunia, lima di antaranya telah ditemukan di Laut Merah dan Teluk Arab. Lima spesies tersebut antara lain penyu hijau, penyu sisik, penyu tempayan, lekang zaitun dan penyu belimbing. 

Dalam pemaparannya, pusat itu menjelaskan, selama lebih dari 100 juta tahun, penyu telah melintasi jarak yang sangat jauh di seluruh dunia, dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Menurut pusat, selama musim bertelur, penyu dapat bertelur 60 hingga 160 telur sekaligus, dan dapat diulang hingga enam kali selama musim bersarang. Dalam beberapa kasus, penyu dewasa akan kembali ke daerah tempat mereka dilahirkan setelah lebih dari 40 tahun mengarungi samudra.

Baca Juga

Pulau Karan dan Jurayad di Teluk Arab adalah salah satu saran utama bagi penyu sisik dan penyu hijau. Begitu juga di Laut Merah, Ra’s Baridi, Pulau Farasan, Kepulauan Shakir, Ras Al-Shaaban, Jabal Hassan, dan Pulau Sanafir, merupakan lokasi penting bagi kedua spesies tersebut. Meski begitu, penyu sisik dan penyu hijau telah dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah, menurut Dana Margasatwa Dunia. Sedangkan penyu jenis lain seperti penyu tempayan, lekang dan penyu belimbing diklasifikasi sebagai kelompok satwa yang ‘rentan’.

Seiring meningkatnya pencemaran laut, ancaman yang dihadapi penyu juga semakin mengkhawatirkan, termasuk penangkapan hasil laut yang berlebihan, polusi, perubahan iklim, perusakan habitat laut, perdagangan satwa liar, dan  pembangunan di wilayah pesisir. Melalui program rehabilitasi dan studi penelitian, Pusat Satwa Liar Nasional Saudi bertujuan untuk melindungi tempat bertelur penyu yang terancam punah untuk menjaga lingkungan di mana mereka dapat berkembangbiak.

Kerajaan berkomitmen untuk melestarikan dan memulihkan keanekaragaman hayati lautnya melalui inisiatif. Di antara banyak proyek untuk memulihkan dan melindungi kehidupan laut, NEOM telah meluncurkan program untuk melindungi spesies yang terancam punah seperti penyu sisik dan hiu martil.

Perusahaan Pengembangan Laut Merah juga bekerja untuk menerapkan inisiatif untuk melindungi kehidupan laut dan penyu yang terancam punah di Kerajaan. Perusahaan bekerjasama dengan King Abdullah University of Science and Technology, awal tahun lalu, menggarap rehabilitasi dua penyu sisik. Kura-kura itu dengan selamat dikembalikan ke perairan Pulau Waqadi, yang akan tetap tak tersentuh dan belum dikembangkan sebagai kawasan lindung yang diawasi oleh The Red Sea Development Company.

Pusat Satwa Liar Nasional Saudi terus mengajak penerapan standar pembangunan berkelanjutan untuk melibatkan perlindungan laut dalam semua rencana pembangunan di masa depan. 

Sumber:

 https://www.arabnews.com/node/2005101/saudi-arabia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement