IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Keterlibatan Haji Gusti Abdul Muis dengan Muhammadiyah untuk pertama kalinya terjadi saat dirinya masih berusia 13 tahun. Kala itu, ia bergabung dengan lini kepemudaan di ormas tersebut.
Tidak menunggu waktu lama, dirinya merasa nyaman dengan menjadi aktivis persyarikatan. Dalam pandangannya, organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu selaras dengan visinya tentang kemajuan Islam.
Melalui gerakan Muhammadiyah, Haji Abdul Muis dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat dakwahnya. Ia selalu berusaha menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya yang berada di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya. Di antara materi-materi dakwah yang menjadi keahliannya adalah ilmu tauhid, tafsir, dan tasawuf.
Sebelum menetap di Banjarmasin, H Abdul Muis telah melakukan dakwah keliling di berbagai kota. Ia giat mengisi ceramah, khut bah, serta kuliah subuh di sejumlah masjid. Salah satu tempat dakwahnya ialah Masjid al-Jihad di Cempaka dan Masjid ar- Rahman, Kampung Melayu. Barulah pada akhirnya, ia bertempat tinggal di Kota Seribu Sungai.
Sebagai kader Muhammadiyah, lapangan dakwahnya tidak hanya di majelis-majelis taklim, tetapi juga sekolah dan kampus. Dirinya bahkan ikut merintis pendirian Sekolah Wustho Zu'ama Muhammadiyah di Karang Intan Martapura, Kabupaten Banjar. Hingga datangnya balatentara Jepang, ia mengajar di lembaga tersebut sejak tahun 1940.