IHRAM.CO.ID, JAKARAT -- Bagi kaum Muslimin, khususnya warga Muhammadiyah di Kalimantan, sosok Haji Gusti Abdul Muis barangkali cukup masyhur. Hingga akhir hayatnya, keturunan Pangeran Antasari itu terus berkhidmat di organisasi masyarakat (ormas) tersebut. Walaupun sibuk dalam membesarkan persyarikatan, figur yang lahir pada 1919 di Samarinda itu selalu meluangkan waktu untuk menulis.
Ada banyak buku dan naskah tulisan karyanya. Di antara buah tangannya itu, tidak sedikit yang membahas perihal tasawuf. Beberapa kitab tulisannya yang mengindikasikan hal itu ialah, Mengenal Tasawuf, Tauhid dan Ma'rifat, Iman dan Bahagia, Insan, Asy-Sifaah, serta Tawassul wal Wasilah.
Menurut H Abdul Muis, tasawuf bertitik tolak pada ajaran Islam. Paradigma itu lahir karena adanya dorongan cinta dan peningkatan tak wa kepada Allah SWT. Para pelopornya ialah kaum ulama, baik yang pakar hadis, tafsir Alquran, fikih (syariat), maupun tauhid.
Abdul Muis menjelaskan, peletak dasar-dasar tasawuf Sunni adalah al- Qusyairi, yang menghendaki agar para salik selalu mengikuti tuntunan Alquran dan hadis. Lantas, Imam al- Ghazali meneruskan ide-ide tersebut.Sang Hujjatul Islam berjasa terutama dalam membawa tasawuf kepada fakta-fakta dasar dan sejarahnya.