Kamis 17 Feb 2022 13:40 WIB

Kecam Larangan Hijab, Warga Kuwait Gelar Aksi Protes di Kedubes India

Larangan hijab merupakan perampasan hak Muslimah di India.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
 Aktivis mahasiswa India dari Muslim Students Federation (MSF) memegang plakat selama protes terhadap pembatasan jilbab, di New Delhi, India, 08 Februari 2022. Enam siswa di Government Women First Grade College di distrik Udupi, Karnataka, sekitar 400 km dari Bangalore, telah dilarang menghadiri kelas karena mengenakan jilbab dan siswa Hindu mulai mengenakan selendang safron sebagai tanda protes. Pengadilan Tinggi Karnataka akan melanjutkan sidang petisi yang diajukan oleh lima gadis yang mempertanyakan pembatasan jilbab pada 09 Februari.
Foto: EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Aktivis mahasiswa India dari Muslim Students Federation (MSF) memegang plakat selama protes terhadap pembatasan jilbab, di New Delhi, India, 08 Februari 2022. Enam siswa di Government Women First Grade College di distrik Udupi, Karnataka, sekitar 400 km dari Bangalore, telah dilarang menghadiri kelas karena mengenakan jilbab dan siswa Hindu mulai mengenakan selendang safron sebagai tanda protes. Pengadilan Tinggi Karnataka akan melanjutkan sidang petisi yang diajukan oleh lima gadis yang mempertanyakan pembatasan jilbab pada 09 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Gerakan Konstitusi Islam Perempuan mengadakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar India di Kuwait Rabu (16/2/2022) kemarin, untuk mendukung hak perempuan Muslim di India. Sekitar 120 orang, yang mayoitas adalah perempuan, menyuarakan penolakan dan ketidaksetujuan mereka terhadap perampasan hak Muslimah di India.

Mereka juga mengecam sikap diam masyarakat internasional atas ketidakadilan ini. Anggota gerakan membawa poster yang bertuliskan protes dan kritik atas apa yang terjadi terhadap siswa yang mendapatkan perundungan karena mengenakan jilbab di sekolah, beberapa sekolah di Karnataka selatan diketahui telah menerapkan larangan masuk bagi siswi yang mengenakan jilbab.

Baca Juga

Dalam aksi protesnya, mereka juga mengutuk aturan pemerintah India yang memaksa siswi Muslim untuk melepas jilbab mereka di sekolah.  “Apa yang terjadi terhadap Muslimah di India adalah ketidakadilan yang jelas. Bukan hak seseorang untuk memaksa orang lain melepaskan keyakinan agamanya,” kata Dana Sharaf, yang hadir dalam aksi tersebut. 

“Terorisme agama tidak dapat diterima, dan pemerintah India harus memperhitungkan warga negaranya di negara-negara Muslim, terutama di negara-negara Arab, karena mereka adalah salah satu komunitas terbesar dan memiliki kebebasan penuh dalam keyakinan dan ritual agama mereka,” kata pengacara dan politikus aktivis Israa Al-Maatouk yang dikutip Republika.co.id, Kamis (17/2/2022). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement