IHRAM.CO.ID, WASHINGTON – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres telah meminta pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Guterres berharap kedua pemimpin dapat menerimanya di Moskow serta Kiev.
Permintaan pertemuan itu disampaikan lewat surat dan diserahkan kepada misi Rusia serta Ukraina di PBB. “Sekjen (PBB) mengatakan, pada saat bahaya dan konsekuensi besar ini, dia ingin membahas langkah-langkah mendesak guna mewujudkan perdamaian di Ukraina serta masa depan multilateralisme berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional,” ungkap juru bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric, Rabu (20/4/2022), dikutip laman UN News.
Dujarric mengungkapkan, Rusia dan Ukraina adalah anggota pendiri PBB serta selalu menjadi pendukung badan dunia tersebut.
Saat ini eskalasi pertempuran tengah berlangsung di wilayah Ukraina timur. Pasukan Rusia juga masih melakukan pengepungan terhadap kota pelabuhan Mariupol.
Pemerintah Ukraina berharap bisa mengevakuasi 6.000 warga sipil, terdiri dari wanita, anak-anak, dan lansia, dari Mariupol. Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko, pada Rabu mengungkapkan, sebanyak 90 bus sedang menunggu untuk menuju ke kota pelabuhan yang sudah porak poranda akibat pertempuran.
“Kami berencana mengirim bus ke Mariupol, tapi untuk sekarang ini hanya kesepakatan awal,” kata Boichenko yang telah terlebih dulu keluar dari kota tersebut saat diwawancara stasiun televisi nasional Ukraina.
Menurut Boichenko, karena masih hanya pengaturan awal, dengan demikian sekitar 100 ribu warga sipil akan tetap bertahan di Mariupol.
Jika kesepakatan tersebut berlaku, itu akan menjadi yang pertama untuk menciptakan koridor aman bagi evakuasi warga sipil dari Mariupol sejak 5 Maret. Kesepakatan semacam itu rawan bubar dan menyebabkan penduduk sipil terperangkap di Mariupol.
Menurut PBB, sejauh ini serangan Rusia telah menyebabkan 5.121 korban sipil di Ukraina. Sebanyak 2.224 di antaranya tewas. Sekitar 12 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Lima juta di antaranya mengungsi ke negara-negara tetangga. Pertempuran Rusia-Ukraina telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil.