Kamis 05 May 2022 03:15 WIB

Keunikan Tradisi Idul Fitri di Saudi

Bagi warga Saudi, sajian makanan memainkan peran penting dalam perayaan Idul Fitri.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Perayaan Idul Fitri di Arab Saudi.
Foto:

IHRAM.CO.ID,  JEDDAH --  Pada 6 Maret, otoritas Saudi mengumumkan pencabutan sebagian besar pembatasan terkait Covid-19, termasuk persyaratan untuk menjaga jarak sosial di tempat-tempat umum seperti Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Total ada lebih dari 3,5 juta jamaah yang melaksanakan sholat Idul Fitri di dua masjid tersebut.

Bagi kebanyakan warga Saudi, sajian makanan memainkan peran penting dalam perayaan Idul Fitri. Orang-orang Saudi sering bercanda tentang kelelahan yang muncul setelah seharian bepergian dari satu keluarga ke kerabat lainnya, melahap daging panggang mabshoor, segunung permen, dan kopi manis.

Baca Juga

Di wilayah Hijazi barat Kerajaan, aroma dupa yang terbakar tercium melalui rumah keluarga yang khas saat kerabat berkumpul di meja besar dengan ta'teema, campuran makanan manis dan gurih serta hidangan sarapan tradisional. Sameera Hammad, katering berbasis di Jeddah yang berspesialisasi dalam hidangan tradisional Hijazi, telah melayani penduduk kota selama lebih dari 20 tahun.

Keyakinannya dalam melestarikan resep otentik yang dia pelajari dari ibunya telah memungkinkan generasi baru untuk merasakan tradisi kuliner yang membuat orang tua dan kakek-nenek mereka bernostalgia. "Saya belajar segalanya dari ibu saya. Resep-resep ini berusia lebih dari 50 tahun," katanya, seperti dikutip dari Arab News, Rabu (4/5).

Meski setiap keluarga punya selera dan tradisinya sendiri, beberapa ciri ta'teema adalah hal yang umum di seluruh wilayah Hijazi. Hammad mengatakan, setiap rumah tangga berbeda, tetapi ta’teema Hijazi terbuat dari berbagai jenis roti seperti syuraik, tamee, suhaila, dan futoot. Ada berbagai macam keju dan makanan fermentasi dengan acar sebagai bumbu, shakshouka, kacang fava, falafel, dan hidangan manis seperti masoob, labaniya, dan selai untuk mengakhiri makan.

"Salah satu yang paling penting dalam Idul Fitri adalah menjaga tradisi tetap hidup dengan mengajak seluruh keluarga untuk sarapan, meluangkan waktu berhari-hari untuk mempersiapkan dan berkumpul seperti yang dilakukan nenek moyang kita. Saya masih menggunakan pot tanah liat untuk menyajikan ta'teema saya persis seperti yang dilakukan ibu saya. Dan itu adalah tradisi yang akan terus hidup," tuturnya.

Meski waktu berubah dan banyak hidangan yang beberapa di antaranya berasal dari Mesir, Turki, Iran, India, dan Yaman telah berhasil masuk ke meja Hijazi, menjaga cita rasa otentik tetap hidup dari tahun ke tahun. "Satu-satunya perbedaan sekarang adalah diletakkan di atas meja, tidak seperti sebelumnya di lantai," tambah Hammad.

Di Provinsi Timur Arab Saudi, para wanita merayakan Idul Fitri dengan memamerkan tangan mereka yang diwarnai henna dan gaun terbaik mereka, sementara anak-anak dengan penuh semangat menantikan hadiah uang dan permen. Setelah para pria menyelesaikan putaran salam mereka di rumah tetangga, mereka pergi ke rumah ibu pemimpin keluarga untuk sarapan gandum tumbuk dan sup barley dengan domba segar yang dimasak dalam pot tanah liat.

Bagi keluarga di utara, makanan bukan satu-satunya tradisi yang menyatukan rumah tangga saat Idul Fitri. Sebuah tarian rakyat yang dikenal sebagai Al-Deheyeh, varian dari tarian Ardah, merupakan bagian integral dari perayaan lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement