IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Istanbul, sebuah kota kosmopolitan, yang sebelumnya bernama Konstantinopel. Kota ini telah direbut Turki Usmani setelah dikepung 28 kali sepanjang sejarah saat penaklukannya pada tahun 1453 oleh Sultan Ottoman Mehmed II.
Sebagai pengakuan atas kemenangannya, penguasa Turki Usmani yang saat itu berusia 21 tahun itu, kemudian dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Dalam sebuah ramalan tentang penaklukan Istanbul oleh seorang penguasa Muslim, Nabi Muhammad berkata: "Istanbul pasti akan ditaklukkan. Betapa hebatnya komandan yang menaklukkannya, betapa hebatnya tentara itu."
Kota tembok ini pertama kali dibangun pada tahun 657 SM. Kemudian Kaisar Romawi Septimius Severus (193-211) menghancurkan tembok ini selama invasi kota dan membangun tembok yang berakhir di dekat Hagia Sophia, termasuk Sarayburnu dan kemudian Lapangan Sultan Ahmet.
Pada masa pemerintahan Konstantinus (306-337), kota ini – dari pantai Marmara hingga Tanduk Emas – dikelilingi oleh tembok kota untuk ketiga kalinya.
Jalan menuju penaklukan
Pada malam 21-22 April jelang penaklukannya, 67 kapal kecil dan menengah dipindahkan ke Tanduk Emas – pintu masuk utama Selat Turki – ditarik oleh tentara dan hewan tunggangan melalui dasar Aliran Kabatas, yang mengalir ke Pelabuhan Tophane.
Semua persiapan untuk penaklukan Istanbul dilakukan di Edirne, tepat di sebelah barat Istanbul. Mehmed II berangkat dari Edirne. Komandan Venesia Bartolomeo Soligo, yang berjuang untuk Bizantium, menutup pintu masuk jalur Tanduk Emas dengan memasang rantai di pintu masuk ke pelabuhan bagian dalamnya.
Mehmed II dan Tentara Usmani mendekati Konstantinopel. Usmani memiliki hampir 80.000 tentara. Pengepungan dimulai dengan penembakan meriam besar.
Angkatan Laut U smaniyah datang lebih dulu ke pelabuhan Konstantinopel. Angkatan Laut Usmaniyah ini memiliki 145 kapal, termasuk 12 kapal meriam dan 25 kapal pengangkut serta kapal kecil.
Kapal Usmaniyah dipidahkan ke Tanduk Emas melalui darat. Kapten Giorcomo Coco, yang ditugaskan untuk membakar kapal-kapal Usmaniyah di Tanduk Emas, gagal dan meninggal di dalam kapalnya yang tenggelam.
Kapal-kapal menyerang untuk mengangkat rantai di pintu masuk Tanduk Emas, tetapi serangan itu gagal. Sementara serangan terhadap tembok kota Konstantinopel berlanjut, sebuah terowongan digali untuk memasuki kota.
Ketika suara penggalian terdengar di kota, kekaisaran Bizantium menyadarinya dan memblokir terowongan. Mehmed II mengirim satu utusan terakhir kepada kaisar, tetapi tawarannya ditolak. Terowongan ketujuh yang digali tentara Ottoman juga gagal. Mehmed II menyimpulkan bahwa menggali terowongan akan memakan banyak korban jiwa.
Selanjutnya tentara Usmaniyah memulai serangan pada dini hari tanggal 29 Mei. Usmaniyah melakukan serangan terakhir dalam tiga gelombang. Selama dua jam pertama, Bashi-bazouk menyerang tembok, dan segera setelah pasukan Anatolia menggantikannya.
Tak lama kemudian pasukan elit Janisari – tulang punggung tentara Turki Usmani – masuk. Akhirnya, di pagi hari, tentara Usmani berhasil masuk melalui pintu Kerkoporta dan memasang bendera Turki Usmani di benteng di atas pintu.
Sultan Mehmed II memasuki kota pada sore hari pada hari pertama penaklukan. Dia pergi ke Hagia Sophia – sekarang menjadi masjid – dan shalat di sana, sambil mengatakan: "Takhta saya adalah Istanbul mulai sekarang."
Konstantinopel ditaklukkan setelah pengepungan yang berlangsung selama interval waktu 54 hari. Penaklukan itu mengakhiri Kekaisaran Bizantium yang berusia 1.058 tahun, mengakhiri Abad Pertengahan dan menjadikan Istanbul sebagai ibu kota baru Kekaisaran Turki Usmani yang membanggakan.
Hari dimana Istanbul dilahirkan kembali
Ilhami Danis, seorang sejarawan di Universitas Fatih Sultan Mehmet Vakif Istanbul, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa kota itu adalah target utama Turki Usmani, baik secara logistik dan strategis. Karena koneksi Kekaisaran Turki Usmani dari Anatolia ke Rumelia (Balkan) dan seluruh Eropa sebagian besar hilang, melalui Gallipoli (juga dikenal sebagai Gelibolu, di dekat anakkale).
Danis mengatakan penaklukan itu penting baik untuk kelanjutan penaklukan Usmani ke wilayah lain di Eropa. Dan untuk mengendalikan lalu lintas antara Mediterania dan Laut Hitam.
Feridun Emecen, dekan Fakultas Sastra Universitas 29 Mayis Istanbul, menekankan lokasi strategis Istanbul, menambahkan kota itu membawa kepentingan keagamaan yang besar bagi umat Kristen dan Muslim.
"Sebuah kerajaan baru lahir dengan penaklukan Istanbul oleh Sultan Mehmed II. Dan Sultan Mehmed II, menjadi penguasa Kekaisaran Usmani. Oleh karena itu, penaklukan, yang merupakan titik balik peradaban Turki dan Islam ini, jadi sangat penting bagi Turki dan sejarah Islam," kata Emecen.
Emecen mencatat bahwa penaklukan Istanbul menyebabkan persepsi ancaman bercampur ketakutan di dunia Barat. Setelah penaklukan, seruan untuk pembentukan tentara Salib baru mulai dilakukan di dunia Barat, tambahnya.
Penaklukan itu disambut dengan kegembiraan di dunia Muslim, kecuali pemerintahan Mamluk, kata Emecen, seraya menambahkan bahwa sebagian besar juga disambut di Anatolia Turki, kecuali oleh Karamanid.