REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa negara di Teluk dan Iran mencatat suhu tertinggi di dunia pada Sabtu (18/6/2022). Kejadian ini bertepatan dengan saat gelombang panas baru melanda Timur Tengah dan Eropa.
Kota-kota di Irak, Kuwait dan Oman menduduki puncak daftar kota terpanas di seluruh dunia pada 18 Juni dengan suhu berkisar antara 49 hingga 50,4 derajat Celsius. Suhu tertinggi, 50,4 derajat Celsius, tercatat di kota Amarah di rawa-rawa Irak, diikuti oleh beberapa kota di Iran.
Dilansir dari The New Arab, Ahad (19/6/2022), Eropa juga telah lumpuh selama berhari-hari oleh gelombang panas luar biasa yang "membuat sejarah". Suhu di atas 40 derajat di lokasi tertentu, jauh melampaui rata-rata pada bulan Juni.
Panas terik juga diketahui memicu kebakaran hebat di Spanyol, di mana petugas pemadam kebakaran telah memerangi puluhan kebakaran hutan secara bersamaan di wilayah Catalunya selama lima hari berturut-turut.
Ilmuwan iklim telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang dampak destabilisasi aktivitas industri manusia terhadap iklim bumi. Aktivitas industri dan transportasi melepaskan sejumlah besar karbon (CO2) ke atmosfer, menyebabkan atmosfer memanas secara signifikan dan mengganggu mekanisme iklim alami.
Laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sebuah panel ilmuwan dan pakar PBB, menguraikan masa depan yang suram bagi kawasan Timur Tengah jika para pemimpin dunia tidak bertindak sekarang untuk mengekang emisi karbon.
Pakar iklim mengatakan Timur Tengah akan menjadi lebih panas, lebih kering, dan semakin terpapar bahaya alam seperti badai pasir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat membuat beberapa bagian wilayah itu tidak dapat ditinggali.