Kamis 23 Jun 2022 13:31 WIB

Keutamaan Haji dan Haji yang Mabrur, Ini Penjelasannya

Tidak semua orang diberi kesempatan haji.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji memasuki sebuah bandara embarkasi haji. (ilustrasi)
Foto:

Ustaz Yusran yang juga Ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh menjelaskan berbagai keutamaan haji. Ia mengatakan, banyak keutamaan haji sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang shahih.

Pertama, haji merupakan amalan yang paling afdhal (utama). Dalilnya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhal?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Beliau ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Beliau ditanya kembali, “Kemudian apa lagi?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Haji mabrur.” (HR Al-Bukhari)."

 

Kedua, haji mabrur balasannya surga. Dalilnya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Dan haji mabrur itu tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

Ustaz Yusran yang juga Wakil Ketua Majelis Pakar Parmusi Provinsi Aceh menjelaskan makna haji mabrur yang disebutkan dalam hadits tersebut.

 

"Menurut para ulama, haji mabrur adalah haji yang tidak dicampuri dengan dosa atau maksiat. Ada juga ulama mengatakan bahwa haji mabrur adalah haji yang ketika orangnya pulang, ia bersikap zuhud terhadap dunia dan berambisi terhadap akhirat," kata Ustaz Yusran.

 

Alumni S1 Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah Arab Saudi ini menambahkan keutamaan haji lainnya. Keutamaan lainnya adalah mendapat pahala jihad fi sabilillah (perang di jalan Allah). Dalilnya, hadit yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)."

 

Ustaz Yusran mengatakan, keutamaan haji selanjutnya adalah menghapus dosa-dosa. Dalilnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari)."

 

Ia menambahkan, haji menghilangkan kefakiran dan dosa. Dalilnya, dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga." (HR An Nasai, Tirmidzi, Ahmad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)."

Ustaz Yusran mengatakan, orang yang berhaji adalah tamu Allah ta'ala. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.” (HR Ibnu Majah. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Ustaz Yusran yang juga dosen Fiqh dan Ushul Fiqh pada Pascasarjana UIN Ar-Raniry berpesan kepada umat Islam khusus para jamaah haji agar melaksanakan ibadah dengan ikhlas dan sesuai petunjuk Nabi shallahu 'alaihi wa salllam yang shahih.

"Inilah keutamaan-keutamaan haji. Berbagai keutamaan ini akan diperoleh jika ibadah hajinya itu dilakukan dengan ikhlas dan benar yaitu sesuai dengan sunnah atau petunjuk Nabi shallahu 'alaihi wa sallam yang shahih," ujarnya.

Ustaz Yusran mengatakan, hendaklah melakukan ibadah dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi shallahu 'alaihi wa sallam yang shahih, agar ibadahnya diterima oleh Allah ta'ala. Jika tidak, maka ibadahnya tidak akan diterima dan menjadi sia-sia, bahkan menimbulkan dosa dan murka Allah ta'ala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement