Zainab Binti Awang, pengguna kursi roda yang ditemani adiknya, merasa lega karena melalui Jalur Makkah, ia akan terselamatkan dari beban prosedur keberangkatan dan kedatangan reguler. “Saat kami sampai di Jeddah, kami semua sudah clear dan tidak perlu menunggu dan mengantre untuk imigrasi di sana. Kami bisa langsung naik bus dan menuju hotel,” katanya.
Banyak dari calon peziarah ini harus menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam daftar tunggu. Meskipun kuota haji negara mereka selalu yang tertinggi, dengan populasi lebih dari 270 juta, butuh waktu untuk memfasilitasi mereka semua.
Kamariah, seorang peziarah dari Aceh yang menunggu 12 tahun untuk gilirannya, tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan betapa terharunya dia akan bisa sholat di Masjidil Haram di Makkah. "Saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan betapa senangnya saya melihat Ka'bah. Rasanya saya tidak akan pernah ingin meninggalkannya," ucapnya.
Seperti peziarah lainnya, Kamariah telah mempersiapkan perjalanan, terutama secara spiritual. Iis Nuraisah, yang tiba di ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, mengatakan keberangkatannya di bandara diawasi oleh pejabat Saudi dan prosesnya sangat memuaskan.
“Inisiatif ini sangat bagus, dan sangat membantu meringankan dan memperlancar hal-hal sehingga kami tidak perlu melalui pemeriksaan apapun begitu kami tiba di tanah suci,” ucapnya.
Kepuasan sebelum keberangkatan ditambah dengan keramahan yang diterima para peziarah di Kerajaan. “Baik itu pelayanan hotel, makanan, laundry, pelayanan di toko-toko, atau orang-orangnya, semuanya ramah. Saya dan keluarga tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah, karena tahun ini telah dipanggil untuk pergi haji,” ujar Amalia Sabrina, dokter asal Aceh yang tiba di Arab Saudi bulan lalu kepada Arab News.
https://www.arabnews.com/node/2120191/saudi-arabia