IHRAM.CO.ID, Abdul Jabbar Ibnu Abi Bakar Ibnu Muhammad al-Hamdis adalah penyair asal Sisilia yang lahir pada 1055. Ia pindah dari Sisilia ke Andalusia pada 1079. Ia kemudian tinggal di Sevilla dan memiliki hubungan dekat dengan Sultan al-Mu'tamid Ibnu Abbad.
Pada 1092, ia pindah ke Tunisia dan tinggal di sana hingga wafat pada 1132. Di Tunisia pun, al-Hamdis dekat dengan tiga raja yang berkuasa di sana.
Sebagai penyair, al-Hamdis tentu saja banyak menulis karya sastra, termasuk puisi. Pada salah satu puisinya, ia pernah menerangkan soal kacamata. Puisi itu ditulis dua abad sebelum masa penemuan kacamata diklaim oleh bangsa Eropa. Berikut bunyi puisi karya al-Hamdis:
Aliran padat tergelar pada telapak tangan. Di dalamnya, penglihatan menyebar melalui mutiara. Pikiran adalah garis cahaya saat gelap. Seolah musim semi yang mekar. Jernih, menampakkan tulisan-tulisan di dalam buku kepada mata yang jernih seperti air, namun materialnya adalah batu.
Sejumlah editor puisi menilai bahwa apa yang dipaparkan oleh al-Hamdis dalam puisinya adalah sebuah pena. Namun, Lutfallah Gari, peneliti sejarah sains dan teknologi asal Arab Saudiberpendapat lain. Ia yakin, para editor tersebut keliru.
Menurut Lutfallah, puisi tersebut jelas menceritakan karakteristik sebuah lensa. Misalnya pada bait yang berbunyi, Jernih, menunjukkan tulisan-tulisan di dalam buku kepada mata yang jernih seperti air, namun materialnya adalah batu.
Bait itu, menurut Lutfallah, sangat cocok dengan deskripsi lensa daripada pena. "Karena pada masa itu, pena terbuat dari tanaman atau bulu,'' katanya.
Bait lainnya, kata dia, semakin memperkuat bahwa al-Hamdis sedang mendeskripsikan tentang lensa. Bait yang dimaksud berbunyi, Sebuah bantuan yang baik untuk pria tua yang lemah penglihatan. Usia tua membuat tulisan tampak kecil di matanya. Menggunakan ini, dia akan melihat garis yang lebih besar.
Puisi ini ditulis dua abad sebelum waktu penemuan kacamata yang diklaim oleh bangsa Eropa, yakni pada awal abad ke-14. n