Rabu 14 Sep 2022 20:55 WIB

Seandainya Lebih Lama Lagi

Jangan sampai timbul penyesalan yang terlambat.

amal saleh(ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
amal saleh(ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, Oleh: Sigit Indrijono

Ketika seorang sahabat wafat, yaitu Sya'ban, Rasulullah SAW berkunjung ke rumahnya. "Apakah sebelum wafat ada yang dikatakan?" tanya Rasulullah SAW kepada istri sahabat tersebut. "Sesaat sebelum wafat dia berkata, 'Seandainya lebih lama lagi... Seandainya yang baru... Seandainya semuanya...' Hanya kata-kata itu yang kudengar. Sungguh aku tidak tahu maksudnya," jawab istri Sya'ban.

Baca Juga

Rasulullah SAW tersenyum dan memberi penjelasan, "Suatu ketika suamimu berjalan ke masjid dan bertemu dengan orang buta berjalan tertatih-tatih yang juga menuju ke masjid. Maka, suamimu menuntunnya sampai ke masjid. Menjelang kematian, dia melihat pahala amalnya dan dengan menyesal berkata, 'Seandainya lebih lama lagi...' Maksudnya, seandainya waktu itu dia menuntun orang buta itu lebih lama lagi, pasti pahalanya lebih besar."

Beliau SAW meneruskan penjelasan, "selanjutnya pada suatu pagi yang sangat dingin suamimu pergi ke masjid. Di tepi jalan, ia melihat seorang laki-laki tua duduk dengan tubuh menggigil kedinginan. Suamimu mengenakan dua rangkap mantel. Ia mencopot satu mantelnya, yaitu mantel yang lama. Kemudian, diberikan kepada laki-laki tua itu. Suamimu tetap mengenakan mantel yang baru. Menjelang kematian, dia melihat balasan amalnya itu dan dengan menyesal berkata, 'Seandainya yang baru...' Maksudnya, seandainya waktu itu dia memberikan mantel yang baru, pasti pahalanya lebih besar."

Beliau melanjutkan lagi, "Apakah masih ingat, suatu hari suamimu pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar, dan engkau menghidangkan sepotong roti. Ketika suamimu akan memakannya, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah dan meminta makanan. Suamimu membagi rotinya menjadi dua potong. Sepotong diberikan kepada peminta-minta itu dan sepotong yang lain dia makan sendiri. Menjelang kematian, suamimu melihat betapa besar pahala amalnya itu dan dengan menyesal berkata, 'seandainya semuanya...' Maksudnya, seandainya waktu itu dia memberikan roti semuanya, pasti pahalanya lebih besar."

Rasulullah SAW terdiam sesaat. Lalu, membacakan ayat surah Qaf [50] ayat 22, "Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam." Kemudian, beliau SAW menjelaskan, "Saat orang sedang sakaratul maut, Allah SWT memperlihatkan perjalanan hidupnya dan ganjaran pahala dari perbuatannya, yaitu macam surga yang dijanjikan."

Kisah di atas menunjukkan penyesalan karena tidak maksimal ketika melakukan amal saleh. Kita sama sekali tidak mengetahui umur yang diberikan kepada kita oleh Allah SWT. Sehingga setiap saat harus senantiasa berusaha dengan sebaik-baiknya untuk banyak melakukan amal saleh.

"Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka, barang siapa berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang yang beruntung, dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat kami." (QS al-A'raf [7] : 8-9).

Di samping ayat di atas, ayat berikut juga memberikan peringatan yang sama, yaitu (QS al-Mu'minun [23] : 102-104] dan (QS al-Qari'ah [101] : 6-11). Sehingga, hendaknya menyadarkan dan memberikan motivasi kepada kita untuk memperbanyak amal saleh.

Jangan sampai timbul penyesalan yang terlambat dan minta dikembalikan ke dunia untuk melakukan amal saleh, "wahai Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang yang yakin." (QS as-Sajadah [32] : 12). Wallahu a'lam. ¦

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement