Sabtu 15 Oct 2022 08:15 WIB

PPHI, KNEKS, dan Cresent Rating Kerja Sama Percepat Pemulihan Wisata Ramah Muslim

Kedatangan wisatawan Muslim internasional diprediksi mencapai 140 juta pada 2023.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Pada hari ini, Jumat (14/10) Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), KNEKS, CrescentRating, Kemenparekraf, dan Bank Indonesia melakukan kerja sama untuk akselerasi pemulihan industri pariwisata halal  dengan mengkapitalisasi pasar wisata ramah muslim Indonesia. PPHI, KNEKS, dan Cresent Rating Kerja Sama Percepat Pemulihan Wisata Ramah Muslim
Foto: Republika/Lida Puspaningtyas
Pada hari ini, Jumat (14/10) Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), KNEKS, CrescentRating, Kemenparekraf, dan Bank Indonesia melakukan kerja sama untuk akselerasi pemulihan industri pariwisata halal dengan mengkapitalisasi pasar wisata ramah muslim Indonesia. PPHI, KNEKS, dan Cresent Rating Kerja Sama Percepat Pemulihan Wisata Ramah Muslim

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), lembaga pemeringkat CrescentRating, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Bank Indonesia, dan Mastercard melakukan kerja sama untuk mempercepat laju pemulihan industri pariwisata Indonesia dengan mengkapitalisasi pasar travel ramah Muslim.

Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan mengatakan tujuan jangka pendek dari kerja sama tersebut adalah meningkatkan laju pertumbuhan wisatawan Muslim ke Indonesia. Inisiasi awal dalam kerja sama ini dilakukan PPHI dan CrescentRating meliputi penyelenggaraan Global Muslim-Friendly Tourism Summit 2023.

Baca Juga

"Kita perlu terus bergerak untuk membangkitkan industri kembali, saat ini trennya sudah terus meningkat meski belum seperti masa prapendemi," katanya di Kantor KNEKS saat peresmian kerja sama, Jumat (14/10/2022).

Global Muslim-Friendly Tourism Summit akan digelar pada 2023 dan telah mendapat cukup banyak dukungan. Selain dari pihak kerja sama, juga dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) juga Bank Syariah Indonesia.

Gelaran ini akan bersamaan dengan B2B/B2C Travel Fair yang melibatkan seluruh pihak baik regulator maupun pelaku industri dan swasta. Untuk menyemangati industri dan menjadi benchmark, acara ini juga akan meluncurkan kembali Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) dan Muslim-lifestyle Indonesia Awards.

Program rating, akreditasi bagi pelaku industri dan penyedia jasa ramah Muslim juga akan dilaksanakan sebagai komitmen peningkatan kualitas serta kapasitas industri. Selain itu juga akan ada peluncuran platform untuk berinteraksi dengan pelaku industri ramah Muslim di Indonesia.

"Sebenarnya hampir semuanya ini sudah kita lakukan pada sekitar 2019 saat masa kepemimpinan pak Arief Yahya ( eks menteri pariwisata) tapi sempat terhenti dan kita akan lakukan lagi," katanya.

Pada Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 yang dikeluarkan Crecent Rating, Indonesia menempati posisi kedua bersama dengan Arab Saudi, dan Turki. Posisi pertama ditempati oleh Malaysia.

Direktur Industri Produk Halal Indonesia Komite Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KNEKS), Afdhal Aliasar menyampaikan industri pariwisata ramah muslim harus terus bergerak meningkatkan kapasitasnya dalam memenuhi kebutuhan.

"Kita harus terus melakukan peningkatan di industri, maka dari itu menginisiasi sejumlah program kerja sama untuk akselerasi pemulihan industri dengan mengkapitalisasi pasar wisata ramah muslim," katanya.

Menurutnya, hal ini harus dilakukan karena pariwisata merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Kebangkitan ekonomi Indonesia pasca pandemi salah satunya didukung oleh sektor pariwisata yang mampu bangkit dengan cepat.

Potensi pariwisata ramah muslim yang sangat baik di Indonesia perlu untuk terus ditingkatkan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah perjalanan dan kunjungan wisatawan muslim internasional dari berbagai negara. Setelah melewati disrupsi di tahun 2020 dan 2021, kedatangan wisatawan Muslim internasional diprediksi akan mencapai 140 juta di tahun 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement