Senin 17 Oct 2022 22:11 WIB

Hati dan Pasukan-Pasukannya

Hati diibaratkan sebagai seorang raja.

Takwa (ilustrasi).
Foto:

Kepatuhan anggota tubuh dan segenap indera kepada hati di sebut menyerupai ketaatan para malaikat kepada Allah SWT. Mereka diberi bakat untuk berbakti dan tidak bisa melakukan penyelewengan kepada Tuhan. Mereka tak pernah mengingkari segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Mereka tiada men- durhakai Tuhan terhadap segala apa yang diperintahkan Tuhan kepada mereka. Dan, senantiasa melaksanakan apa yang diperin- tahkan atas mereka. (QS at- Tahrim:6).

Meski demikian, al-Ghazali menyebutkan, ada satu segi yang membedakan antara ketaatan malaikat dan anggota-anggota tubuh tadi. Malaikat tahu akan ketaatan dan kepatuhan mereka kepada Allah. Namun, sekelompok mata hanya taat dan tunduk kepada hati dengan dasar taskhir atau eksploitasi. Mata dan anggota tubuh lainnya tidak mendapat pengalaman, baik dari dirinya maupun kepatuhannya kepada hati.

Pasukan yang tidak tampak berfungsi sebagai pasukan penangkap dan pengenal. Pasukan ini menenangkan anggota-ang gota lahir, yaitu pancaindera, pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perasaan kulit. Sementara itu, peran pasukan kedua, yakni sebagai unsur yang menenangkan tempat-tempat bagian dalam, seperti isi otak.

Apabila seseorang memejamkan mata, dia akan mendapatkan gambaran sesuatu itu dalam jiwanya, yakni fantasi. Gambaran dalam jiwa itu tetap teguh karena adanya pasukan pelindung. Dia berpikir tentang apa yang tergambar di hatinya. Bak puzzle, tersusunlah suatu gambaran dengan gambaran yang lain. Pasukan penenang itu bisa mengakses perasaan gabungan, daya fantasi, daya berpikir, ingatan dan hafalan.

Kedua pasukan yang berupa amarah (al-Ghadhab) dan syahwat terkadang patuh kepada hati. Jika sedang patuh, dapat menolong hati dalam perjalanan yang sedang ditempuh. Hubungan kedua pasukan itu baik sekali. Amarah akan menangkis segala bahaya dari beragam musuh. Sementara itu, pasukan syahwat amat berguna untuk memenuhi fitrah manusia sebagai makhluk biologis, seperti mencari makan dan memperbanyak keturunan.

Namun, kedua pasukan itu terkadang membantah dan melawan hati. Keduanya bahkan dapat menguasai dan memperbudak hati. Di sini, hati menjadi binasa. Terputus perjalanannya untuk mencapai kebahagiaan abadi.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement