IHRAM.CO.ID, Berkat pengamatan Al Battani, kini kita bisa mengetahui dalam setahun terdapat 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Penemuan ahli astronomi sekaligus pakar matematika Muslim itu dinilai akurat.
Keakuratannya bahkan membuat ahli matematika asal Jerman bernama Christopher Clavius menggunakan hitungan Al Battani untuk memperbaiki kalender Julian. Setelah mendapat izin dari Paus Gregorius XIII, kalender diubah dan mulai digunakan pada 1582.
Lahir sekitar 850 Masehi (M), ilmuwan Irak ini mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al Raqqi Al Harrani Al Sabi Al Battani. Orang Eropa memanggilnya dengan nama Albategnius.
Al Battani lahir di keluarga yang sangat mencintai ilmu perbintangan. Ayahnya merupakan ilmuwan astronomi bernama Jabir ibn San'an Al Battani.
Sejak kecil, Al Battani sudah tertarik pada bidang keilmuan sang ayah sehingga dia ikut menekuni ilmu astronomi. Seusai keluarganya pindah ke Raqqa, pria yang lahir di Harran tersebut mulai melakukan berbagai penelitian.
Salah satu karyanya yang paling populer, yakni kitab Al Zayj. Kalender astronomi tersebut dibuat sekitar 900 M secara cermat. Sekitar abad ke-12, kitab itu diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul De Scientia Stellarumatau De Motu Stellarum.
Kitab Al Zayj berisi beragam hasil peneropongan Al Battani terhadap berbagai bintang tetap. Penemuan sang ilmuwan tidak hanya berman- faat bagi bangsa Arab, tetapi juga dunia luas.
Seperti astronom Timur Tengah lainnya, Al-Battani pun mengikuti berbagai tulisan Ptolomeus dan mengembangkan karya Ptolomeus berjudul the Almagest. Ketika mempelajari the Almagest, Al-Battani justru mendapatkan penemuan besar, yaitu titik Aphelium.
Titik Aphelium merupakan titik terjauh bumi saat mengitari matahari setiap tahunnya. Ia menemukan, posisi diameter semu matahari tidak lagi berada pada posisi yang dike- mukakan oleh Ptolomeus.
Tak hanya berhasil dalam berba- gai penelitian ilmu astronomi, Al Battani pun mumpuni di bidang ilmu pasti. Dirinya orang pertama yang menggunakan sinus dan consinus sebagai ganti hypotenuse yang sebelumnya digunakan oleh bangsa Yunani.
Ahli astronomi asal Prancis, La Lande, mengatakan, Al-Battani termasuk salah satu dari 20 ahli astronomi dalam sejarah manusia. Lewat bukunya berjudul Sejarah Alam Semesta, La Lande menulis, Al Battani merupakan ahli astronomi paling terkenal pada masanya.