IHRAM.CO.ID, ISLAMABAD -- Konferensi Internasional Pakistan tentang Islamofobia dan Dampaknya terhadap Hubungan antara Peradaban Islam dan Barat, diselenggarakan oleh Universitas Islam Internasional, di ibu kota Pakistan, Islamabad pada 6-7 Oktober. Kegiatan dua hari, sesi dan diskusi panel konferensi diadakan dengan partisipasi dari sekelompok ulama senior dunia Islam, pejabat senior pemerintah, kepala akademi, badan-badan Islam, dan lembaga akademik internasional.
Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) dan Ketua Perhimpunan Cendekiawan Muslim, Sheikh Dr. Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa, merupakan tamu kehormatan di konferensi. Dia juga diberikan penghargaan 'Religious Peace Prize'.
Selama pidatonya di konferensi tersebut, Dr. Al-Issa menyoroti kemunculan dan pertumbuhan yang stabil dari fenomena Islamofobia, termasuk perdebatan negatif, pertukaran penyalahgunaan serta kesalahpahaman yang diakibatkannya. Dr Al-Issa menjelaskan bahwa Liga Muslim Dunia telah menghubungi sejumlah pemimpin agama, dan lembaga think tank di seluruh dunia serta mengadakan dialog beserta diskusi panel yang berlangsung selama bertahun-tahun.
“Islam kami membimbing kami untuk mengikuti jalan kebijaksanaan, untuk mendamaikan hati dan memperlakukan orang dengan kebaikan. Kami adalah pemilik pesan yang membawa kebaikan dan bimbingan untuk semua, dan kami memperlakukan orang lain dengan sopan seperti yang diperintahkan agama kami,” kata Dr. Al-Issa, dilansir dari laman Riyadh Daily pada Kamis (20/10).
Di samping itu, Menteri Agama dan Kerukunan Antar Umat Beragama, Mufti Abdul Shakour, menyampaikan pidato di mana beliau menyambut Dr. Al-Issa. Kemudian menyampaikan terima kasih kepadanya atas upayanya yang besar untuk memerangi fenomena Islamofobia melalui platform Liga Dunia Muslim. Abdul Shakour menekankan dukungan para cendekiawan Pakistan atas upaya tulus dari Sekretaris Jenderal MWL dalam hal ini.
Abdulshakur menegaskan bahwa fenomena Islamofobia membutuhkan lebih banyak penelitian, kajian dan diskusi. Hal ini untuk menyelidiki kedalamannya dan mengungkapkan penyebab beserta sekresinya.
Dia juga mengatakan bahwa kaum muda terpelajar bertanggung jawab untuk menghadapi fenomena serius ini melalui dialog dan diskusi yang tenang. Selain itu, menurut dia, pekerjaan harus dilakukan untuk menghilangkan penyebab berlanjutnya fenomena ini di dunia Islam.
Pada gilirannya, Direktur Jenderal Akademi Riset Islam, Dr. Muhammad Zia-ul-Haq, menggambarkan Islamofobia sebagai penyakit yang mengancam kohesi masyarakat manusia. Dia menekankan perlunya melanjutkan dialog dengan non-Muslim. Hal ini untuk menunjukkan kebenaran pesan Islam, dan untuk menghilangkan semua kekeliruan di sekitarnya. Agama ini yang sejati menyerukan koeksistensi dan harmoni, bukan perpecahan.