IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad bin Abdullah Isa dalam buku Ensiklopedia Doa dan Wirid Shahih Berdasarkan Alquran dan Hadist yang diterbitkan Pustaka Elba, 2006. Ia menjelaskan syarat-syarat dikabulkannya doa.
Pertama, mengikhlaskan ibadah dan niat kepada Allah SWT. Doa yang dipanjatkan terbebas dari syirik, riya, dan sum'ah. Juga terbebas dari hal-hal semacam meminta harta, meminta pangkat, anak, dan kesehatan yang hanya bertujuan untuk menyombongkan diri, pamer di hadapan manusia atau untuk memenuhi nafsu syahwatnya.
Kedua, sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW dalam berdoa. Seseorang berdoa sesuai dengan syariat Allah, dan berdoa hanya mengharap wajah Allah Yang Mulia. Ia tidak memohon kecuali hanya kepada Allah. Tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Tidak menjadikan perantara- perantara saat berdoa atau bertawassul dengan para makhluk ketika berdoa.
Ketiga, memperbanyak berbuat taat dan berupaya meninggalkan maksiat. Segera bertaubat dari maksiat yang dikerjakan, mengembalikan segala kezaliman yang pernah dilakukan kepada manusia, bersungguh-sungguh dalam mensucikan diri dari segala dosa, menjauhi segala macam syubhat (hal-hal yang meragukan), memperbanyak berdzikir kepada Allah, memperbanyak istighfar, bergaul dengan orang-orang shalih dan lain sebagainya.
Keempat, percaya penuh kepada Allah, disertai dengan keyakinan bahwa Allah pasti mengabulkan doanya. Ditambah dengan kemauan keras, kesungguhan, kegigihan, dan tanpa putus asa dalam berdoa.
Kelima, berhati-hati dalam hal makan dan minum, selalu memilih makanan, minuman, dan pakaian yang halal.
Keenam, tidak meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Juga tidak meninggalkan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan saat berdoa kepada Allah.
Ketujuh, tidak meminta atau berdoa dengan hal-hal yang diharamkan, seperti minta diberi khamr, memohon kepada Allah untuk memutus tali silaturrahim atau memohon kepada Allah agar bisa berbuat zalim kepada manusia.
Kedelapan, kehadiran hati, kekhusyuan, dan pengharapan yang besar terhadap pahala dari Allah saat berdoa. Juga merasa sangat takut jika tertimpa siksa dari-Nya.
Kesembilan, tidak terburu-buru dengan terkabulnya doa. Sebagaimana orang yang menuntut hak dari orang lain. Sebab tidak ada seorang pun yang punya hak atas Allah.
Kesepuluh, menjaga sopan santun dan adab-adab saat berdoa. Meluruskan lisan saat membaca, sehingga doa-doa yang dilafalkannya keluar dengan bacaan yang benar. Juga tidak memanggil Allah dengan ucapan-ucapan yang tidak layak, seperti mengucapkan, "Wahai Pencipta ular dan kalajengking."
Diusahakan pada saat berdoa, seorang hamba menampakkan kerendahan dan kebutuhannya yang besar kepada Allah SWT. Hendaknya ia juga harus menjaga i'rob (susunan kata) saat berdoa, sehingga tidak merusak makna doa tersebut. Ia juga memohon kepada Allah dengan menyebut Nama-Nama-Nya yang mulia, seperti ucapan, "Ya Dzal Jalaali wal lkraam" dan mengucapkan dzikir-dzikir lain yang ada nama Allah Yang Agung.