“Saat ini, (tingkat) buku bajakan di kawasan Teluk lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain seperti Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania dan Irak. Buku bajakan adalah masalah besar dan (terkait) dengan pendapatan individu,” ucap Chebaro.
Perjalanan dunia sastra dan penerbit disebut masih panjang. Tapi secara keseluruhan, penjualan buku kertas meningkat, begitu juga dengan penjualan e-book. Tak satu pun dari mereka menggantikan yang lain, karena masing-masing memiliki pasar dan masing-masing memiliki pelanggan dan pembaca.
Arab Saudi menempati urutan teratas dalam daftar pembeli dan pembaca untuk buku digital dan cetak di dunia Arab. Ia menyebut kondisi ini diikuti oleh Kuwait, UEA, Qatar, Bahrain dan Aljazair.
Manajer penerbitan di toko buku digital Rufoof, Doha Al-Refai, menyampaikan buku-buku dengan tema fiksi, kesehatan mental dan harga diri, maupun biografi, menempati urutan teratas dalam daftar subjek yang menarik bagi pembaca Arab.
Toko yang menawarkan 25 ribu judul bahasa Arab dengan biaya berlangganan bulanan ini bertindak seperti semacam perpustakaan online, tidak menjual salinan buku digital atau cetak, melainkan memungkinkan pembaca membaca buku di situs web mereka.
“Kami tidak mendistribusikan atau menjual buku untuk pembaca. Kami mendistribusikan untuk penerbit,” kata Al-Refai.
Rufoof dipercaya telah memecahkan masalah untuk spektrum pembaca yang luas, di mana orang tidak perlu membeli buku, baik kertas maupun digital, tetapi dapat membaca sebanyak yang mereka inginkan sepanjang bulan.