Selasa 14 Feb 2023 12:51 WIB

Kapuskes Haji Imbau Tenaga Kesehatan Haji Lebih Dini Mengenal Jamaah

Jumlah jamaah haji wanita lebih banyak dari laki-laki.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Mobil Golf Bantu Jamaah Haji Lansia di Masjid Nabawi 
Foto: Arab News
Mobil Golf Bantu Jamaah Haji Lansia di Masjid Nabawi 

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Persiapan pelaksanaan haji 2023 terus dilakukan pemerintah, termasuk dari sisi kesehatan. Kepala Pusat Kesehatan (Puskes) Haji Liliek Marhaendro Susilo menyebut harapannya agar Tenaga Kesehatan Haji (TKH) mengenal lebih dini jamaahnya.

"Setelah pelatihan atau bimbingan teknis integrasi, TKH kembali ke daerah masing-masing dan mengenal jamaah yang dikawal. Harapannya dengan mengenal lebih dini jamaahnya, bisa lebih akrab dan tercipta komunikasi yang efektif," ujar Liliek dalam keterangan yang didapat Republika, Selasa (14/2).

Baca Juga

Imbauan ini ia sampaikan dalam pertemuan Sistem Informasi Kesehatan Haji dan Rerutmen Tenaga Kesehatan Haji (TKH), di Hotel Avenzel Cibubur, Kota Bekasi, Senin (13/2) lalu.

Lebih lanjut, ia mengatakan jumlah jamaah haji wanita lebih banyak dari laki-laki, sehingga perlu diperhatikan komposisi dalam satu kelompok terbang (kloter). Karena itu juga, diperlukan kombinasi yang baik antara petugas wanita dan pria.

Ia juga mengharapkan agar TKH mampu menyerap pelajaran yang disampaikan dalam pelatihan, yang lebih spesifik mengenai bagaimana jamaah geriatri dan dengan penyakit khusus. TKH juga diminta harus bisa memberikan pelayanan yang memadai, sesuai risiko kesehatan jamaah.

Liliek menyebut musim haji tahun 2023 ini sama seperti awal, atau kuota penuh 100 persen. Karena itu, ia meminta agar setiap pihak bekerja sama mengejar data pemeriksaan jamaah haji.

"Kami sangat butuh data itu untuk membuat profile jamaah haji, yang mana akan menentukan pola layanan di Arab Saudi. Dengan kondisi kesehatan jamaah yang diketahui, maka perlu diantisipasi dan jamaah haji bisa istitha'ah dalam melakukan ibadahnya," lanjutnya.

Selanjutnya, Liliek menambahkan tahun ini ada banyak jamaah dengan risiko tinggi (risti). Maka, hasil rekrutmen petugas harus bisa melayani jamaah khususnya yang risti karena lansia.

Jamaah lansia dalam kategori ini biasanya jarang pergi atau tidak pernah naik pesawat. Karena itu, TKH sebagai pihak yang mengawal mereka selama 24 jam harus sudah siap dengan segala kondisi yang ada.

Dalam setiap pelaksanaan haji, ia menyebut Puskeshaji sudah bersinergi dengan Ditjen PHU Kemenag. Jamaah lansia tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga Kesehatan, tetapi juga petugas lainnya (Kemenag).

"Jamaah haji lansia harus disikapi dengan baik, dimana mereka harus mampu, selain mampu uang juga kesehatannya. Mampu kesehatan adalah mampu melakukan seluruh rangkaian ibadah haji secara mandiri”, kata dia.

Oleh karena itu, dalam pemeriksaan kesehatan ditambahkan pengujian kemandirian dengan beberapa gerakan, yang bisa menentukan apakah jemaah bisa mandiri atau butuh pertolongan. Bila hasilnya tidak istitha'ah, maka nomor porsi haji bisa diturunkan ke ahli warisnya.

TKH juga disebut harus melakukan pembinaan secara intensif sesuai kemampuan jamaah haji. Jika nantinya hasil pemeriksaan ada jamaah istitha'ah dengan catatan, pada saat berangkat catatannya sudah hilang.

Di akhir arahannya, Liliek mengatakan ada kemungkinan petugas yang berhalangan atau mengundurkan diri. Pihaknya pun menekankan mekanisme penggantian perlu diperhatikan.

"Setiap proses perubahan sejak pendaftaran harus ada catatannya. Bila berhalangan siapa yang menggantikan. Bila sampai diklat terakhir ada yang mengundurkan diri, maka penggantinya adalah pendaftar yang sudah pernah berangkat. Setiap penggantian ada catatannya sehingga ada kronologisnya," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement