Senin 01 Feb 2021 05:39 WIB

Ketua Lazismu Dikukuhkan Jadi Guru Besar UMY

Hilman Latief Dikukuhkan Jadi Guru Besar UMY

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Subarkah
Lazismu.
Foto: Lazismu
Lazismu.

IHRAM.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengukuhkan Prof Hilman Latief dan Prof Muhammad Azhar sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Islam. Pengukuhan ini menambah panjang daftar guru besar UMY yang saat ini berjumlah 14 orang.

Prof Hilman sendiri merupakan Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat. Dalam pidato pengukuhannya, ia menekankan, budaya filantropisme Islam sudah menjadi sebuah fenomena di Indonesia, seiring dengan meningkatnya kedermawanan masyarakat.

Ini bisa jadi indikasi kesadaran etis seorang Muslim menerjemahkan ajaran Islam dalam aksi sosial meningkat. Banyak organisasi dan lembaga filantropi berdiri, dan umat yang ingin jadi relawan mendedikasikan waktu untuk kemanusiaan naik.

Hilman menilai, kemampuan kelas menengah Muslim sebagai kelompok penopang hadirnya pergerakan filantropi Islam. Baik mengombinasi, merefleksi dan mengontekstualisasi etika Islam dengan tata kelola yang baik dan terukur.

"Menjadikan gerakan filantropi Islam tidak hanya berperan sebagai entitas, namun juga untuk mengisi agenda pembangunan yang belum diisi oleh pemerintah sebagai satu kritik terhadap pemerintah," kata Hilman, Sabtu (30/1).

Selain Hilman, pada kesempatan yang sama Prof Azhar turut memberikan orasinya. Azhar membawa orasi bertajuk Demokrasi Religius untuk Indonesia Berkemajuan dan Berkeadaban: Alternatif antara Liberalisme-Sekularisme dan Fundamentalisme Keagamaan.

"Mewujudkan demokrasi Indonesia yang lebih religius, berkemajuan dan berkeadaban di masa depan perlu proses penjinakan ideologi dan politik," ujar Azhar. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement