Kamis 08 Apr 2021 18:52 WIB

Iman Jodeh, Anggota Parlemen Muslim Pertama di Colorado

Iman Jodeh bertekad untuk menangkal islamofobia

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat (AS) dari orang tua imigran Palestina, Iman Jodeh (kanan) menorehkan sejarah sebagai wanita Muslim pertama yang memenangkan kursi di legislatif negara bagian Colorado. Jodeh bersama ibunya, Siham Jodeh di rumahnya, 12 November 2020.
Foto: The Denver Post/Andy Cross
Lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat (AS) dari orang tua imigran Palestina, Iman Jodeh (kanan) menorehkan sejarah sebagai wanita Muslim pertama yang memenangkan kursi di legislatif negara bagian Colorado. Jodeh bersama ibunya, Siham Jodeh di rumahnya, 12 November 2020.

IHRAM.CO.ID, COLORADO--Anggota Parlemen Colorado Muslim Pertama, Iman Jodeh mengatakan memiliki ingatan yang jelas dari masa kecilnya pergi ke gedung Colorado Capitol. Ia datang bersama ayahnya untuk mengikuti sebuah acara yang diadakan di gedung parlemen tesebut.

“Saya akan mengawasinya di sisi kedua ruangan karena dia akan menyampaikan doa pembuka beberapa kali selama sesi tersebut,” kenangnya dalam sebuah wawancara dilansir dari CPR News, Senin (5/4).

Iman menyaksikan ayahnya dengan bangga menunjukkan rasa kepemimpinannya dan imannya. Lalu pada November, Iman terpilih untuk mewakili House District 41, yang meliputi Aurora.  Dengan melakukan itu, dia menjadi anggota parlemen Muslim pertama dalam sejarah negara bagian.

Dia merasakan kepuasan saat menyampaikan doa pembukaan sendiri Januari ini sebagai anggota legislatif yang diambil sumpah penuh. Orang Amerika generasi pertama, orang tua Jodeh adalah imigran dari Palestina yang membantu mendirikan Komunitas Muslim Colorado pada 1960-an dan masjid pertama di negara bagian itu.  Sejak itu, rumah ibadah tersebut tetap menjadi masjid terbesar di wilayah Pegunungan Rocky.

Sejak kecil, Jodeh menghabiskan banyak waktu di masjid baik di malam hari, akhir pekan, dan hari libur.  “Saya bangga bisa terus hadir di masjid itu,” katanya.

Dia menyebut orang tuanya berpesan untuk mencapai tujuan yang tinggi. Ayahnya meminta iman untuk memiliki cita-cita yang tinggi.

“Tidak ada batasan baik sebagai Muslim, sebagai imigran dan pengungsi, kami memiliki kewajiban untuk berkontribusi secara positif kepada komunitas kami. Menjadi pejabat terpilih adalah salah satu cara untuk melakukan itu,”ujarnya.

“Ada kenyataan bahwa saya tumbuh bersama dan banyak orang kulit berwarna, coklat, hitam, komunitas adat, imigran, dan pengungsi, komunitas yang terpinggirkan, semuanya ditemui. Dan bagi saya itu sering diterjemahkan ke dalam perkataan atau tindakan kebencian Islamofobia,”tambahnya.

Dia memutuskan bahwa menangkal Islamofobia yang terbaik adalah menempatkan dirinya ke dalam ruang di mana keputusan dibuat. “Saya tidak ada di sana untuk menjadi kotak yang diperiksa, saya bukanlah sasaran empuk. Saya bisa memengaruhi kebijakan,” katanya.

Pada dua setengah bulan memasuki masa legislatif pertamanya, dia mengaku telah terlibat dalam banyak kebijakan. Ia menyebut mengatasi pandemi merupakan tantangan.  Virus dan dampaknya berdampak pada rumah ibadah dan bahkan menghentikan legislatif untuk berkumpul untuk sementara waktu.  

“Sama seperti seluruh dunia, kami bertanya pada diri sendiri, 'apa yang harus kami lakukan?' kami untuk pertama kalinya menutup masjid kami yang melayani lebih dari 5 ribu orang dan menutupnya selama Ramadhan. Kami tidak mengadakan makan malam buka puasa untuk komunitas kami dan untuk komunitas non-Muslim kami.  Kami tidak berkumpul untuk sholat tarawih atau sholat Ramadhan setiap malam,”katanya.

“Kami tidak merayakan Idul Fitri. Kami benar-benar harus mengutamakan kesejahteraan Colorado,”tambahnya.

Upaya lain yang dekat dengan hati Jodeh adalah karyanya untuk mendirikan Kantor Orang Amerika Baru bersama dengan kantor gubernur.  Tujuannya adalah agar kantor ini bisa difungsikan untuk mengurus masyarakat terpinggirkan atau imigran.

“Tujuannya benar-benar menjadi clearing house, jaringan sumber daya terpusat yang akan memberikan imigran dan pengungsi serta generasi pertama Amerika sebuah pusat untuk segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk menyebut Colorado sebagai rumah,”terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement