Sabtu 14 Sep 2013 21:59 WIB

Jasa Haji Saudi Pun Merugi

Pemondokan haji Indonesia
Foto: Republika/Heri Ruslan
Pemondokan haji Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Nur Hasan Murtiaji

Pemerintah Indonesia berkeras melobi para pemilik pemondokan untuk memperbarui kontrak. Amendemen kontrak ini lantaran pemangkasan 20 persen kuota haji jamaah haji Indonesia oleh Pemerintah Arab Saudi.

Pemangkasan kuota ini sebagai akibat renovasi dan pembangunan Masjidil Haram. Akibat pembongkaran ini, kapasitas Masjidil Haram berkurang dari semula mampu menampung 42 ribu jamaah per jam menjadi 22 ribu per jam. Kuota jamaah haji seluruh dunia pun dipotong 20 persen agar tak terjadi penumpukan di Masjidil Haram.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya kuota jamaah haji Indonesia mencapai 211 ribu orang, dengan kebijakan baru ini menjadi 168.800 jamaah. Terdiri dari 155.200 jamaah haji reguler dan 13.600 jamaah haji khusus.

Pengurangan jamaah ini berpengaruh pada pemondokan yang sudah disewa. Pemerintah Indonesia berkeras melobi para pemilik pondok agar mau dibayar 80 persen sesuai jumlah jamaah yang menempati. Ini logis karena hal yang tak wajar jika Pemerintah Indonesia mesti membayar pemondokan 100 persen, tapi sejatinya hanya dihuni 80 persen dari kapasitas.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Anggito Abimanyu di awal-awal sempat menyebut potensi kerugian mencapai hingga Rp 800 miliar akibat pemangkasan kuota 20 persen itu. Namun, dengan bersedianya para pemilik pemondokan untuk dibayar sesuai kapasitas kamar yang digunakan, potensi kerugian itu mendekati nol.

Namun tak demikian halnya dengan perusahaan swasta asal Saudi yang menyediakan jasa layanan haji. Mereka mengklaim, sekitar 23 ribu tenaga kerja, termasuk yang berkewarganegaraan Saudi, terancam tak lagi dapat pekerjaan pada musim haji tahun ini. Klaim itu sebagai dampak dari pengurangan kuota 50 persen bagi calon jamaah haji asal Saudi.

Seorang pemilik perusahaan jasa layanan haji --kalau di Indonesia serupa Kelompok Bimbingan Ibadah Haji-- mengaku potensi kerugiannya akibat pemangkasan kuota itu mencapai dua miliar riyal atau Rp 5,9 triliun pada penyelenggaraan haji tahun ini. Kendati begitu, Badr Jamil al-Qurashi, investor di sektor ini tetap berkomitmen mengutamakan layanan publik ketimbang keuntungan pribadi.

Menurutnya, kuota calon jamaah haji yang dipangkas bukanlah 50 persen. Lebih tepatnya malah 66 persen. Ini berdampak pada potensi meruginya 206 perusahaan penyedia jasa layanan haji. "Ini mengakibatkan 23 ribu orang tak lagi dipakai untuk melayani jamaah," kata Badr seperti dilaporkan Arab News.

Ahmad bin Humaid Al-Reeshi, yang perusahaannya memberikan tarif haji yang murah, mengatakan, jumlah perusahaan yang melayani haji bertarif murah telah berkurang 80 persen. Tak adanya insentif kepada mereka menjadi penyebab perusahaan-perusahaan jasa layanan haji itu gulung tikar. Mereka mengenakan tarif layanan haji dari 1.900 hingga 3.900 riyal (Rp 5,7 juta - Rp 11,7 juta).

Muhammad Ahmad Badi, pengusaha lainnya, mengatakan, sekitar 60 perusahaan telah meneken kesepakatan dengan Kementerian Haji untuk tak menaikkan biaya haji tahun ini. Mereka mengenakan biaya 3.000 riyal hingga 10 ribu riyal (Rp 29,8 juta) per jamaah.

Lain lagi klaim Nasser Abdullah Al-Ahmary yang mengaku merugi 40 juta riyal per tahun untuk menyediakan tenda bagi jamaah. Dia mendesak kementerian untuk mengalokasikan tenda bagi perusahaannya selama tiga hingga lima tahun guna mencegah kerugian.

Namun, penyelenggaraan haji tahun ini tak melulu cerita kerugian. Ketua Kamar Dagang dan Industri Arab Saudi Saad al-Qurashi mengatakan, setiap tahun penyelenggaraan haji membuka kesempatan kerja bagi warga Saudi di berbagai sektor. "Terdapat lowongan lebih dari 1.500 bagi pria dan 1.000 bagi wanita Saudi," katanya.

Mereka melayani jamaah di sektor kesehatan, keamanan, transportasi, penerjemah bahasa, maupun teknologi informasi. Selain sektor itu, beberapa perusahaan Saudi dan ekspatriat juga diuntungkan dengan membuka usaha kecil menengah, katering makanan, minuman, dan bermacam suvenir bagi jamaah. Ini tentu menggairahkan perekonomian warga Saudi.

Apalagi kini Saudi sendang membangun proyek kereta api di Makkah. Proyek ini jelas membuka lowongan kerja baru bagi warga Saudi. Terdapat 20 kereta, masing-masing panjangnya 300 meter dengan kapasitas angkut hingga 3.500 jamaah sekali jalan. Kereta ini bakal bisa mengangkut 72 ribu jamaah.

Sistem kereta ini jika jadi bakal mampu mengangkut 500 ribu jamaah dari Makkah ke Mina dan Mina ke Arafah. Proyek ini juga merekrut pekerja bagi 4.000 warga Saudi sebagai tenaga pengamanan dan administrasi. Al-Qurashi menyebut proyek ini bakal menyerap total 2.000 pekerja warga Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement