Ahad 15 Sep 2013 13:34 WIB

'Menikmati' Makkah dari Jabal Nur

  Pemandangan puncak gunung Jabal Nur dengan latar belakang kota Makkah, Ahad (21/10).   (Hassan Ammar/AP)
Pemandangan puncak gunung Jabal Nur dengan latar belakang kota Makkah, Ahad (21/10). (Hassan Ammar/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Puncak Jabal Nur tampak jelas menjulang ke langit kota Makkah jika dipandang dari Wisma Haji Indonesia, di kawasan Aziziyah Janubiyah.

Dari kawasan tersebut, untuk menuju ke kawasan Jabal Nur, hanya butuh waktu sekitar 20 menit saja. ''Mobil hanya bisa sampai di sini. Kita jalan kaki sama-sama,'' kata sopir petugas Daker Makkah sambil menunjukkan jalan terjal menuju kaki bukit kerikil. 

Berziarah ke Jabal Nur sekaligus melihat langsung gua tempat diturun kannya ayat pertama dalam Alquran kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan momen penting yang tidak bisa sia-siakan. Inilah gua yang selalu diceritakan para guru, ulama, dan asatiz dalam sejarah turunnya Alquran.

Selain selalu dikupas dalam setiap peringatan Nuzululquran dan peringatan Maulid Nabi, Hikayat Jabal Nur juga selalu diperdengarkan dari cerita para jamaah haji yang baru saja pulang ke Tanah Air.

Ceritanya, tak pernah melewatkan tentang Gua Hira, sebuah gua kecil yang terletak di puncak Jabal Nur sekitar enam kilometer sebelah utara kota Makkah. 

Tempat ini merupakan tempat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT seperti disebutkan dalam surat Al-Alaq. Dalam sejarah Islam dijelaskan, sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasulullah, dia sering ber-khalawat atau mengasingkan diri dari keramaian di gua ini.

Untuk mencapai tempat ber-khalawat Nabi, selain kesiapan fisik, juga membutuhkan perjuangan dan sikap optimisme. Betapa tidak, sebelum mencapai bebatuan dan kerikil di Jabal Nur, para peziarah sudah harus berjalan kaki karena curamnya tanjakan. Kendaraan hanya bisa di parkir sekitar seratus meter. 

Jika dipandang dengan kasat mata, mungkin orang akan mengundurkan diri sebelum memulai pendakian. Di awal pendakian di kaki Jabal Nur, hanya terlihat jalan setapak berkerikil di antara sela-sela bebatuan.

Anak tangga dari batu baru mulai terlihat setelah kita menapak sekitar 30 menit pendakian. Juga, tidak ada jalan kecuali melewati batu terjal berliku dengan kecuraman dinding sekitar 60 derajat. 

Sebelum sampai ke tempat khalwat Nabi, tampak sebuah lubang kecil yang hanya bisa dilalui satu orang saja. Setelah disusuri, sekitar lima meter kemudian, sampailah di tempat berkhalwatnya Rasulullah SAW. Di antara sela-sela tumpukan batu yang membentuk gua itu, terdapat celah menembus langit, sebagai tempat masuknya cahaya. 

Di depan pintu masuk gua, terdapat balai kecil yang bisa dipakai istirhat sejenak. Dari balai itu pula, suasana Kota Makkah terlihat jelas dari semua sisi. Jika kita memandang ke arah selatan, di sana tampak menara Masjidil Haram yang menjulang ke langit.

Saat menuruni Jabal Nur, memang terasa lebih ringan dibanding saat naik. Namun, tingkat kesulitannya cukup tinggi juga. Kuda-kuda kedua kaki harus kuat agar tidak terperosot dan meluncur ke bawah. Sama halnya saat mendaki, butuh istirahat beberapa kali untuk sampai ke kaki bukit. 

Bagi perempuan, memang perlu didampingi mahramnya sebagai pendamping dan tempat berpegangan saat melewati penurunan terjal. Namun, jika tidak ada pendamping, cukup melakukan pendakian semampunya dan berhenti sambil menunggu rombongan turun. Sebab, di mana pun kita berada, pemandangan indah terhampar dari atas Kota Makkah. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement