REPUBLIKA.CO.ID, Ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan ketangguhan fisik prima. Karena itu, Islam mewajibkan orang yang berhaji adalah mereka yang mampu, baik fisik maupun materi. Fisik yang digunakan saat berhaji adalah ketika tawaf, sai, melempar jumrah, dan mabit.
Pengasuh Majelis Al-Kauny, Ustaz Bobby Herwibowo mengungkapkan, dalam melakukan ibadah haji, khususnya ketika masuk ke dalam Masjidil Haram, maka ketika memulai tawaf di Baitullah Nabi SAW menyunnahkah untuk melakukan ramal pada tiga putaran pertama. Ramal adalah berlari kecil yang sunah dilakukan pada tiga putaran pertama tawaf.
Disunahkannya ramal dalam tawaf ini bermula ketika Rasulullah SAW menginjakkan kaki di Masjidil Haram untuk memulai tawaf. Rasulullah SAW mendengar celotehan kaum musyrikin yang berkata bahwa Muhammad dan kaumnya terkena flu dari Madinah, dan pastilah mereka tak mampu untuk melakukan tawaf dan seluruh ritual haji.
Mendengarnya, Rasulullah geram. Kemudian, Rasulullah SAW berinisiatif menunjukkan kekuatan fisik kaum Mukminin kepada para musuh Allah SWT tadi. Lalu, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan ramal pada tiga putaran pertama tawaf.
Tidak hanya itu, bahkan Rasulullah SAW meminta seluruh sahabat yang saat itu berjumlah ribuan untuk menyentuh dua rukun (Yamani dan Hajar Aswad) pada seluruh putaran tawaf, meskipun hal itu tak mudah untuk dilakukan. (HR Bukhari No 1602 dari Ibnu Abbas).
Umar bin Khattab RA berkata, "Kami dulu melakukan ramal bersama Rasulullah SAW hanya demi menunjukkan kepada kaum musyrikin bahwa kami adalah kaum yang kuat. Dan kami tidak akan meninggalkan ramal dalam tawaf untuk selamanya."
Tujuan ramal atau berlari kecil ini untuk menunjukkan kekuatan fisik seorang Muslim. Rasulullah SAW bersabda, Seorang Mukmin yang kuat adalah baik dan lebih disukai oleh Allah SWT daripada Mukmin yang lemah. Karena itu, Islam harus kuat, dan hal ini harus diwujudkan oleh individu-individu yang kuat. Ini dimaksudkan agar para musuh Allah gentar terhadap kekuatan fisik kaum beriman.