Rabu 18 Sep 2013 13:57 WIB

Mendoakan Cucu di Multazam

Berdoa di Multazam
Foto: Prasetyo Utomo/Antara
Berdoa di Multazam

Oleh Hannan Putera

REPUBLIKA.CO.ID, Suami-istri paruh baya tampak diantara rombongan kloter 13. Di usianya yang sudah senja, Suharto dan Sofiyah bersemangat memenuhi panggilan ke Tanah Haram.

Hanya, beban berat tengah mengantung di pundak mereka. Tiga minggu yang lalu, cucu pun lahir ke dunia. Namun kondisi kelahiran yang prematur, membuat bayi mungil tersebut harus menjalani serangkaian operasi. Kebahagiaan Suharto dan Sofiyah pun diiringi dengan duka.

"Sebenarnya kita tidak tega untuk meninggalkan cucu (dengan kondisi seperti itu). Tapi bagaimana lagi, kita harus memenuhi panggilan Allah (untuk berangkat haji)," ucapnya.

Setetes air matanya pun jatuh, saat ditanya bagaimana kondisi cucunya. Sambil menghela nafas, ia pun menuturkan kondisi cucu pertama itu yang masih lemah. "Alhamdulillah, tiap hari ada perkembangan. Setiap hari berat badannya nambah," ujarnya.

Hingga kini sang cucu yang sudah 3 minggu dirawat di RS Harapan Kita itu belum punya nama. Suharto dan Sofiyah berjanji, sesampai di depan Ka'bah ia akan mendoakan sang cucu, agar diberikan kesehatan. "Berdoa didepan multazam (antara pintu Ka'bah dan Hajar Aswad) tidak akan ditolak," tekadnya.

Ia teringat kisah haji yang juga lekat dengan kisah idul adha. Dulu Nabi Ibrahim AS karena iman yang kuat kepada Allah mampu menyemblih anaknya Nabi Ismail AS. Walaupun untuk menunggu kedatangan Ismail, perlu waktu berpuluh-puluh tahun lamanya, hingga Ibrahim menjadi tua.

Pengorbanan Suharto dan Sofiyah tidaklah sampai seperti Nabi Ibrahim. Mereka tidak perlu menyemblih seperti Nabi Ibrahim, hanya meninggalkan sang cucu tersayang dalam beberapa waktu.

Semoga segala pengorbanan mereka untuk memenuhi panggilan Allah memberikan berkah yang menjadikan mereka menjadi haji Mabrur dan Mabrurah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement