REPUBLIKA.CO.ID,
Jamaah haji Indonesia diarahkan keluar dari Masjidil Haram setelah sai melalui pintu Marwa.
MAKKAH — Renovasi Masjidil Haram tak hanya berdampak bagi pengurangan kuota jamaah seluruh dunia. Renovasi itu juga menyebabkan kepadatan di Masjidil Haram, terutama saat melakukan tawaf dan sai.
Menurut Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat, jalur perpindahan jamaah setelah melakukan tawaf ke lokasi sai tidak terlalu lebar.
Jalannya pun berkelok karena ada tiang-tiang bangunan yang dipugar. Hal ini berpotensi menimbulkan kepadatan jamaah, khususnya pada puncak haji.
Mempertimbangkan hal ini, jelas Arsyad, jamaah haji Indonesia akan diarahkan melalui tiga jalur masuk Masjidil Haram, tapi dengan satu jalur pintu keluar.
Bagi jamaah yang tinggal di Misfalah, Hafair, Jarwal, dan sebagian Bakhutmah akan diarahkan memasuki Masjidil Haram melalui Bab Malik Fahd dan Bab Malik Abdul Aziz.
“Setidaknya, ada 36.319 jamaah yang tinggal di wilayah ini,” kata Arsyad di Makkah, Senin (16/9) waktu Saudi.
Kedua, jamaah yang tinggal di Mahbas Jin dan sebagian Bakhutmah akan diarahkan masuk Masjidil Haram melalui Babus Salam, Bab Shafa, dan Bab Ismail. Jumlah jamaah di wilayah ini mencapai 82.630 orang.
Ketiga, jamaah yang tinggal di Jumaizah, Rai Zahir, dan Ma’abdah akan diarahkan masuk Masjidil Haram melalui Bab Fatah dan Bab Salam. Jamaah yang tinggal di wilayah ini sekitar 10.988.
Untuk menghindari terjadinya kepadatan yang lebih parah, jamaah haji Indonesia akan diarahkan untuk keluar Masjidil Haram setelah selesai melaksanakan sai melalui pintu Marwa.
“Jamaah sebaiknya langsung keluar melalui pintu Marwa dan tidak kembali lagi ke Shafa karena berpotensi menimbulkan kepadatan,” kata Arsyad.
Pengaturan alur ini merupakan upaya untuk mengurangi risiko kepadatan yang bisa menimbulkan akibat lebih buruk.
Apalagi, bagi mereka yang umurnya cukup tua atau membawa orang dengan kondisi fisiknya kurang kuat, pengaturan ini lebih maslahat.
“Daripada kita nanti masuk ke area masjid kembali, kemudian bertabrakan dengan orang-orang yang sai atau orang-orang yang mau masuk ke arah sai, saya kira ini kurang bagus. Saya khawatir kondisi jamaah akan terganggu,” katanya.
Sebab, jika kembali ke Shafa, lalu masuk lagi ke area Masjidil Haram, itu bisa bertabrakan dengan jamaah yang masuk dari arah tempat tawaf ke sai. Arsyad mengatakan, meski ada pintu kecil, itu pun padat. “Ada kemungkinan jamaah yang akan ke sai mengambil pintu itu,” kata Arsyad.
Karena itu, demi kemaslahatan jamah, lebih baik menggunakan pintu Marwa. Apalagi, dari pintu Marwa itu aksesnya bisa langsung ke terminal Ghaza dan Terminal Bab Ali.
Terminal Ghaza mengantarkan jamaah dengan bus shalawat menuju Bakhutmah atau Ma’abdah dan daerah Rai Zahir. Untuk Bab Ali, bisa mengantarkan jamaah ke Mahbas Jin.
“Artinya, sudah pas rutenya. Keluar Marwa langsung ke dua terminal tersebut. Memang, bagi jamaah dari Jarwal sedikit berputar, tapi ini lebih baik untuk kemaslahatan mereka,” kata Arsyad.
Wakil Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Mukhlis Hanafi menambahkan, selain mengatur alur pergerakan jamaah, PPIH juga telah dan akan melakukan beberapa langkah lain, seperti mengirim surat kepada Pemerintah Arab Saudi agar memasang petunjuk arah berbahasa Indonesia. “Surat sudah kita kirim, tapi sampai sekarang belum ada respons,” kata Mukhlis.
Pihaknya juga berencana menempatkan petugas PPIH di wilayah masuk area sai dan pintu keluar Marwa. Ketua regu, rombongan, dan kloter juga harus berperan membantu mengarahkan jamaah.
Komite III Dewan Perwakilan Daerah RI mengapresiasi berbagai persiapan yang sudah dilakukan oleh petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah dalam menyambut kedatangan jamaah calon haji Indonesia dan menyikapi kondisi terkini Masjidil Haram.
“Setelah mendapatkan laporan dan dari hasil pantauan di lapangan, saya melihat persiapan PPIH Daker Makkah sudah sangat baik dalam menyambut kedatangan jamaah haji Indonesia yang sekarang masih di Madinah,” kata Ketua Delegasi Komite III DPD RI Istibsyarah di kantor Daker Makkah, Senin (16/9) waktu setempat.