Senin 23 Sep 2013 09:48 WIB

Tukang Jamu Pun Ingin Naik Haji

Rep: MgRoL19/ Red: A.Syalaby Ichsan
  Calon jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Jakarta menaiki pesawat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (10/9).     (Republika/Yasin Habibi)
Calon jamaah haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Jakarta menaiki pesawat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (10/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Diantara deretan pedagang yang berjualan di Komplek Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, tampak seorang perempuan membawa termos dan racikan jamu.

Yuni, wanita kelahiran 1985 ini setiap hari berjualan di komplek asrama haji selama hampir 8 tahun. Ibu beranak 2 tersebut membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tidak hanya ketika musim haji, wanita ini berjualan setiap hari.

"Iya kalo engga pas haji gini, ya buat orang yang nginep-nginep aja, atau kaya acara partai-partai gitu," ungkapnya.

Istri  penjual cendol ini juga mengungkapkan tidak ada pemasukan yang signifikan pada musim haji kali ini. Karena, menurutnya, banyak pedagang jamu  yang berjualan di dalam sehingga membuat penghasilannya tidak menentu.

"Yang namanya jualan mbak, kadang dapet kadang engga, ya ga menentu", ujarnya. Wanita asal Wonogiri ini rela meninggalkan anak-anaknya di kampung bersama orang tuanya yang masih kecil dengan usia terkecil dua tahun dan anak tertuanya kelas 4 SD demi membiayai sekolah anak-anaknya. Menurutnya, dia tidak dapat bergantung pada nafkah suaminya.

Meski begitu, Yuni masih bisa menabung sedikit untuk pergi ke Tanah Suci. Niatnya ini tetap dipelihara meski dengan upaya yang sederhana. "Kalau ada uangnya mah mba, saya tambah niat. Apalagi biayanya mahal banget 20-jutaan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement