REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH — Dua puluh enam jamaah haji yang menghuni Sektor 4 di daerah Jarwal, Makkah, mengalami keracunan makanan.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Ar syad Hidayat mengimbau jamaah agar memperhatikan kebersihan makanannya, baik dari segi bahan maupun tempat membeli makanan.
“Mereka berasal dari Kloter 4 Embarkasi Solo (SOC-2),” kata Arsyad, Rabu (25/9), di kantor Daker Makkah, seperti dilaporkan wartawan Republika, Nur Hasan Murtiaji dari Makkah.
Keracunan makanan ini terjadi pada Selasa siang di kawasan Masjidil Haram. Menurut Arsyad, ada kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) yang membuat paket ziarah.
“Mereka diberikan makanan yang dimasak malam. Makanan ini mestinya dikonsumsi pada pagi hari, tapi ternyata dimakan siang.”
Total ada 26 jamaah yang memakan makanan katering melebihi batas kedaluwarsa itu, 11 jamaah di antaranya dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI). Sisanya cukup dirawat di klinik sektor di pemondokan tempat mereka menginap karena tidak menderita sakit serius.
Kasi Kesehatan Daker Makkah Subagyo mengatakan, pada Rabu, pukul 09.00, sebanyak 11 jamaah itu sudah kembali ke rumah masing-masing. Mereka dalam kondisi sehat saat ini. “Keluhan mereka muntah-muntah, buang air besar, dan kekurangan cairan,” kata Subagyo.
Salah seorang jamaah yang dirawat di klinik sektor mengungkapkan mengalami pusing-pusing, bahkan sempat muntah saat di Masjidil Haram.
“Padahal, makanan yang kami terima langsung dimakan,” kata pria tersebut yang enggan disebut namanya saat ditemui di klinik sektor.
Arsyad mengimbau jamaah agar memeriksa batas kedaluwarsa makanan. Sebab, selama jamaah berada di Makkah, mereka tidak mendapat katering dari pemerintah, tetapi membeli sendiri.
Kendati membeli sendiri, Arsyad mengharapkan jamaah membeli makanan dari warung atau restoran yang terjaga kebersihannya.
“Tempatnya tertutup, tidak ada lalat, dan juga terlihat bersih.” Jamaah dimintanya untuk sadar mengenai higienitas makanan ini dengan memakan masakan yang layak.
Arsyad mengaku baru kali ini ada kasus keracunan. Karena itu, dia berharap ketua kloter juga mengawasi makanan para jamaah anggotanya. “Ini menjadi pelajaran bagi semua,” katanya.
Gangguan adaptasi
Gangguan beradaptasi selama berada di Arab Saudi menjadi masalah kesehatan yang banyak dialami jamaah haji Indonesia. Pasalnya, ada perbedaan ekstrem cuaca Tanah Air dengan Tanah Suci.
Menurut Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah dr Suharto Sp PD, saat tiba di Arab Saudi, biasanya jamaah akan mengeluhkan tenggorokan cepat kering sehingga sering kali merasakan haus. “Itu gangguan alami, bukan iritasi. Disarankan banyak minum.”




