Jumat 27 Sep 2013 13:56 WIB

Jamaah Haji Diminta Tak Boros Beli Oleh-Oleh

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: A.Syalaby Ichsan
Salah satu pusat perbelanjaan Bin Dawood di Jeddah.
Foto: jeddahpoint.com
Salah satu pusat perbelanjaan Bin Dawood di Jeddah.

REPUBLIKA.CO.ID, Bertandang ke Tanah Haram untuk melakukan ibadah haji seolah tidak lengkap tanpa membeli oleh-oleh. Begitu yang biasanya ada di benak para jamaah.

Karena itu, tak mengherankan jika sepulang dari Makkah, jamaah biasanya membawa koper atau tas lebih banyak dibandingkan ketika hendak berangkat menuju Baitullah.

Rangsangan berbelanja hadir ketika jamaah membawa uang yang cukup banyak di kantong. Apalagi dipadukan dengan menjamurnya pedagang yang menawarkan barang-barang dagangannya, mulai  baju, mainan anak, peci, cincin, parfum, hingga karpet atau ambal.

Sudah cukup jamak dikenal bahwa jamaah haji Indonesia royal dalam berbelanja. Belanja oleh-oleh di Tanah Suci memang baik dan tidak dilarang.

Namun, disarankan agar jamaah tidak membawa oleh-oleh dalam jumlah banyak. Sebab, hal itu akan merepotkan dan bisa melebihi berat barang yang ditetapkan oleh pihak maskapai.

Wakil Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggaraan Umrah dan Haji (Himpuh) Muharom mengimbau jamaah agar tidak terlalu banyak berbelanja ketika di Tanah Suci. Dijelaskan, sebenarnya hampir semua jenis oleh-oleh haji tersedia di Indonesia dan gampang didapat.

Apalagi, harganya pun tidak terlalu mahal. "Tak harus di kota besar, oleh-oleh khas haji pun sekarang bisa didapatkan di tingkat kabupaten dengan mudah. Karena itu, jamaah tidak perlu repot-repot membawa barang begitu banyak dari Tanah Suci untuk sekadar oleh-oleh," katanya, belum lama ini.

Menurut dia, niat ke Tanah Haram sesungguhnya adalah untuk beribadah. Untuk itu, jamaah cukup berkonsentrasi pada ibadah saja. Esensi pemberian hadiah atau oleh-oleh khas haji juga mengajarkan keikhlasan, maka keluarga tidak perlu bertanya di mana tepatnya oleh-oleh tersebut dibeli.

Dengan begitu, jamaah tidak harus terbebani dengan membawa buah tangan ketika pulang dari Baitullah. Kalaupun ingin membeli oleh-oleh dari Arab Saudi, secukupnya saja.

Jamaah perlu memperkirakan dengan cermat agar buah tangan yang dibawa tidak sampai melebihi kapasitas bagasi supaya tidak tertahan di bandara. Jamaah juga biasanya membawa air zam-zam sebagai oleh-oleh.

Otoritas penerbangan di Jeddah, kata Muharom, cukup ketat dalam urusan bagasi. Barang-barang jamaah yang melebihi kargo akan ditahan pihak bandara dan harus ditinggalkan. Dengan begitu, oleh-oleh akan menjadi sia-sia lantaran tidak bisa diboyong ke kampung halaman.

"Banyak sekali oleh-oleh yang tertahan lantaran melampaui (kapasitas) bagasi sehingga tidak bisa dibawa pulang ke Tanah Air," papar dia.

Harian Republika/Khoirul Azwar

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement