Selasa 08 Oct 2013 21:14 WIB

25 Jamaah Haji Alami Gangguan Kesehatan Jiwa

Jamaah tersesat
Foto: Siwi Tri Puji B/Republika
Jamaah tersesat

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sebanyak 25 jamaah calon haji Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa mulai ringan sampai berat, kata Kabid Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Dr dr Fidiansjah Sp KJ.

"Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya karena tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berubah baik di lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih luas," katany di Makkah, Selasa (8/10).

Jumlah jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, menurut Fidiansjah, biasanya akan meningkat saat pelaksanan Wukuf di Arafah sampai Mabit di Mina yaitu mencapai 40 sampai 50 orang. "Bahkan secara statistik jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil, atau bisa 320 sampai 480 jamaah, sampai pelaksanaan haji selesai," katanya.

Ia menjelaskan, hidup satu kamar dengan cara hidup yang berbeda seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan suasana tidur yang berubah membuat jamaah ada mengalami stres dan depresi. "Ada teman yang tidak tahan dengan AC, sementara yang lain senang AC, atau ada yang tidak bisa tidur jika temannya mengorok membuat jamaah bisa mendapat tekanan," katanya.

Oleh karena itu, ia menjelaskan, bagi jamaah yang mudah stres diperlukan kesiapan obat-obatan sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama jamaah untuk membuat dirinya merasa nyaman. Ia mengungkapkan, secara teori penyesuaian seseorang terhadap lingkungan perlu waktu tiga bulan, namun jamaah dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam beberapa hari.

Selain itu, dehidrasi bisa menjadi pemicu gangguan jiwa sehingga Fidiansjah menyarankan jamaah jangan sampai menjalankan aktifitas fisik melebihi kemampuannya. Ia mengingatkan, kambuhnya sejumlah penyakit di usia tua bisa disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi termasuk penyakit pikun.

"Dehidrasi bisa mengakibatkan terganggunya cairan tubuh yang berlanjut pada gangguan sistem kimiawi di otak," katanya. Kalau sudah sistem otak terganggu maka mudah mengalami disorientasi. Jika gangguan jiwa tidak juga menurun sampai pelaksanaan wukuf, lanjutnya, maka jamaah itu akan mengikuti program safari wukuf yang secara khusus disiapkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement