REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Arab Saudi menerjunkan 95 ribu polisi di Makkah dan tempat suci lainnya untuk memastikan keselamatan dan keamanan dua juta jamaah haji tahun ini.
Menteri Dalam Negeri Pangeran Muhammad bin Naif mengingatkan jamaah agar tidak menggunakan ibadah haji untuk tujuan politis. Dia menekankan kesiapan pasukan keamanan untuk menghadapi serangan teroris atau ancama selama ibadah haji berlangsung.
"Kami telah membentuk pasukan khusus haji dan umrah berkekuatan 40 ribu pria untuk pertama kalinya. Kami harap jamaah haji bisa melaksanakan ibadah dengan damai dan penuh ketenangan," ujar Naif, Kamis (10/10).
Dia menambahkan, Arab Saudi tidak mengizinkan siapa pun memakai ritual ibadah haji sebagai panggung konflik politik atau perbedaan sektarian. Dia mengingatkan, perbuatan seperti itu dapat menjadi bencana karena hadirnya orang banyak di wilayah yang kecil sehingga tidak dapat menampung.
Pasukan khusus tersebut bermarkas di tenda di Mina dan lokasi haji lainnya. Pasukan ini telah merencanakan langkah-langkah untuk memastikan keamanan jamaah.
"Arab Saudi merasa terhormat dapat melayani tamu Allah dan memastikan jamaah beribadah dalam atmosfer yang aman," kata Naif seperti dikutip Arab News.
Keamanan juga didukung oleh pasukan Kementerian Pertahanan, Penjaga Nasional dan intelijen untuk menjaga ketertiban. Naif mengatakan saat ini Saudi sedang dalam tahap mobilisasi pasukan haji dan umrah yang baru. Tim tersebut dilengkapi dengan peralatan dan pelatihan yang diperlukan.
Dia mengatakan, proyek perluasan yang berlangsung di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah nantinya akan mampu menampung lebih banyak jamaah haji. Dia meminta seluruh jamaah haji mematuhi aturan haji yang berlaku.
"Pintu gerbang elektronik telah dipasang untuk memastikan hanya jamaah yang memiliki surat izin haji resmi yang masuk ke Tanah Suci," katanya.