Sabtu 19 Oct 2013 00:29 WIB

Jenny Rachman, Menjadi Haji Termuda

Rep: rosita budi suryaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Jenny Rachman
Foto: jennyindonesia
Jenny Rachman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukses sejak belia membuat artis kenamaan Jenny Rachman tak lupa pada kewajibannya sebagai seorang Muslimah.

Ia pun bersyukur bisa menunaikan ibadah haji. Pengalaman dalam menjalankan rukun Islam kelima ini juga memberikan banyak pelajaran baginya.

Jenny Rachman pergi menunaikan ibadah haji pada 1982. Setelahnya, ia sempat kembali naik haji beberapa kali dan melaksanakan umrah.

Ia pun melihat perkembangan yang sangat pesat terjadi di Arab Saudi. Pada tahun pertama ia berhaji belum ada pemondokan dengan gedung bertingkat dan mewah seperti sekarang ini. “Dulu, tinggalnya di rumah-rumah syekh di sana,” katanya.

Saat itu, usianya masih muda, baru berusia 24 tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk menetap di Arab Saudi pun tak sebentar, hingga 48 hari. Ia pun merasa sangat bangga bisa berhaji. “Saat itu, ikutnya ONH biasa,” ujar wanita berdarah Aceh kelahiran 1959 itu.

Jenny pun menjadi jamaah haji yang paling muda dalam rombongannya. Satu pelajaran baginya menjadi paling muda adalah harus banyak bersabar. Ia selalu antre menjadi yang paling belakang ketika mau ke kamar mandi atau naik bus.

Terkadang, peraih Piala Citra 1982 itu sering berwudhu memakai air minum kemasan karena takut ketinggalan waktu shalat, melihat panjangnya antrean dan ia selalu mengalah menjadi yang paling belakang.

“Saat itu saya sadar, menjadi yang paling muda ya harus banyak bersabar, mengalah, menghormati yang lebih tua,” ceritanya.

Kesabarannya berbuah manis. Tiba-tiba, ia seperti dituntun untuk menuju ke suatu tempat yang bisa ditinggali dengan lebih nyaman.

Ia menemukan sebuah rumah besar milik penduduk setempat yang di atasnya ada tiga kamar kosong dengan fasilitas lengkap, bahkan disertai AC dan dapur.

“Tempatnya pun sangat luas, jauh jika dibandingkan tempat sebelumnya, di mana kita tidur umpel-umpelan dengan beralaskan tikar dan dibatasi hanya dengan koper-koper,” katanya.

Kemudian, aktris yang terlibat dalam film Di Bawah Lindungan Ka'bah ini pun mengajak delapan anggota rombongan lain.

Mereka juga mendapatkan izin dari pemilik rumah. Di tempat ini ia tak pernah kekurangan makanan dan bisa tinggal dengan nyaman sampai pulang.

Dari situ, ia merasakan sebuah pelajaran sangat berharga, yakni jika kita sepenuhnya ikhlas dan bersabar, pasti akan dibayar dengan kebaikan oleh-Nya. Pelajaran kedua adalah belajar untuk tidak tamak dan serakah.

Ia  pun sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk mencium Hajar Aswad dengan mudah. Di lain waktu, ia pun kembali dimudahkan dan berhasil mencium Hajar Aswad untuk yang kedua. Nah, di saat mencoba yang ketiga ia merasa ditegur agar tidak tamak.

Saat itu, ia merasakan sangat susahnya untuk menuju ke barisan depan. Ia merasa tubuhnya terdorong ke atas, hingga berada di bahu-bahu lautan manusia. Ia pun terombang ambing dan hampir terjatuh.

Untungnya, di antara lautan jamaah haji tersebut ada yang mengenalnya, kemudian meraihnya agar ia tak jatuh langsung menyentuh tanah. “Peristiwa ini mengingatkan kita tidak boleh tamak, diberi kemudahan satu atau dua kali ya cukup, jangan tidak pernah merasa puas,” katanya.

Itu juga yang menyadarkannya untuk tidak naik haji sebanyak mungkin, meski sebenarnya mampu. Ini mengingat kuota haji yang terbatas, padahal antrean cukup panjang.

 “Terakhir saya naik haji pada 1998, kemudian untuk mengobati rindu saya pada rumah Allah, cukup dengan umrah,” katanya.

Ia menyarankan bagi yang mampu secara materi dan fisik, segeralah pergi haji ketika masih muda. Karena, menurutnya, menunaikan haji itu membutuhkan banyak energi dan stamina yang fit.

 rosita budi suryaningsih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement