REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia di lokasi penimbangan barang di sektor 9 Makkah mengeluhkan jatah air zamzam yang mereka peroleh dari Maskapai Garuda. Mereka menilai, kebijakan tersebut tidak adil karena penerbangan Saudi Airline justru menjanjikan jatah 10 liter.
"Mengapa harus beda? Ini tidak fair," kata Saharudin (37), Selasa (22/10). Saat itu sedang berlangsung penimbangan barang bagasi di Sektor 9, Makkah. penimbangan dilakukan terhadap barang-barang milik kloter UPG-5.
Saharudin menyebutkan, keganjilan lain adalah sejak awal mereka dijanjikan mendapat air zamzam 10 liter. "Mengapa sekarang diralat menjadi 5 liter?"
"Dari tahun ke tahun, pemerintah mencoba melayani yang terbaik untuk jamaah haji. Mengapa maskapai Garuda yang menjadi kebanggaan kita malah memperlakukan jamaah demikian?" katanya. "Ini bagian dari kritik secara konstruktif untuk pelaksanaaan jamaah haji ke depan."
Masalah lainnya adalah soal kelebihan bagasi yang seberat 32 kilogram per penumpang. Jamaah yang bagasinya lebih dari 32 kilogram langsung tidak terima penimbang. Penimbangnya, PT Al-Masroi, adalah pihak swasta yang dipilih maskapai.
"Menginjak Tanah Haram menjadi cita-cita sejak kecil. Masalah kelebihan 1-2 kilogram saja tidak bisa terima?" kata Hasan Mahua asal Fakfak.
Sementara, dr Sukri Muhammad asal Manokwari mengusulkan, berat barang semestinya dihitung total saja karena mereka dalam satu rombongan.
"Barang jangan dihitung per bagasi, tapi dihitung secara total. Sepanjang tidak melewati total batas terberat, tidak masalah," kata jamaah asal Manokwari, Papua, ini.