Selasa 22 Oct 2013 18:41 WIB

Jamaah Haji Indonesia tak Sadar Berpenyakit Berat

Rep: yeyen rostiyani/ Red: Damanhuri Zuhri
Pasien di Balai Pengobatan Haji Indonesia Makkah.
Foto: Siwi Tri Puji/Republika
Pasien di Balai Pengobatan Haji Indonesia Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH — Banyak jamaah haji Indonesia yang baru mengetahui menderita penyakit berat setelah tiba di Tanah Suci. Infeksi saluran napas atas (ISPA) merupakan kasus terbanyak yang ditangani tim kesehatan haji Indonesia.

Menurut Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Arab Saudi, Fidiansjah, penyakit berat itu baru muncul setelah terpicu oleh hal lain.

Fidiansjah menyebutkan, ada beberapa penyakit berat yang kurang rujukan, seperti ISPA. Umumnya penderita bukan semata terinfeksi, namun terjangkiti karena penurunan daya tahan tubuh.

“Jamaah mungkin sudah punya kelemahan, lalu penyakit tersebut muncul pada daya tahan tubuh turun. Misalnya, gangguan hati sudah ada sejak di Tanah Air, tapi baru diketahui setelah terjadi kelelahan fisik,” katanya Senin (21/10).

Jamaah di pondokan rata-rata kurang antisipasi terhadap pengaruh iklim, aktivitas, kelelahan, dan lain-lain. Dehidrasi juga memicu penurunan kondisi fisik jamaah.

Salah satu kasus yang banyak terjadi oleh jamaah adalah hipertensi. Penyakit ini seharusnya bisa dikelola dengan baik jika sudah diketahui sejak awal.

Keluhan lain yang kerap dirasakan jamaah adalah myalgia atau pegal-pegal. Hal ini terkait aktivitas fisik yang seharusnya bisa dikelola dengan baik. Jamaah seharusnya bisa memilah antara ibadah wajib dan sunah.

“Jangan diforsir. Satu sistem terganggu maka sistem kekebalan akan terganggu. Apalagi, jika orangnya cemas. Psikosomatis terbanyak adalah mag, lalu merembet ke asupan makanan dan seterusnya,” ujarnya menjelaskan.

Sebetulnya, Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan video berhaji sehat. Salah satunya berisi teknik acupressure, yaitu teknik-teknik pijat refleksi di beberapa titik untuk merangsang relaksasi saraf-saraf yang tegang.

Teknik ini bisa dilakukan sendiri dengan mengetuk-ngetuk atau memijat beberapa titik di wajah, dada, lengan, dan kaki.

Selain itu, terkait jamaah yang wafat, kata Fidiansjah, sebagian besar wafat di rumah sakit Arab Saudi. “Hal ini menunjukkan sistem rujukan sudah semakin baik dan mereka sudah mendapat perawatan yang optimal,” katanya.

Ia menambahkan petugas pun tetap harus meningkatkan kewaspadaan deteksi dini terhadap kesehatan jamaah. Hingga Ahad malam, jumlah jamaah wafat sebanyak 113 orang yang sebagian besar berusia di atas 60 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement