REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelebihan bagasi jamaah haji yang tidak bisa terangkut ke tanah air sudah mencapai 1,6 ton.
Istilah barang-barang tercecer (barcer) tampaknya setiap tahun sudah melekat di jamaah haji Indonesia. Kebanyakan mereka membawa koper 'hamil' yang penuh dengan barang-barang belanjaan.
Hingga kini, barcer seberat 1,6 ton tersebut belum tentu nasibnya. Pemerintah masih belum memutuskan, apakah barcer tersebut akan difasilitasi untuk dibawa ke Tanah Air, atau dibiarkan begitu saja tertinggal di Arab Saudi.
Anggota Komisi VIII DPR RI Ali Maschan Moesa mengatakan, Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan yang profesional diharapkan bisa bertanggungjawab soal bawaan jamaah. Ia mengharapkan, barcer tersebut bisa diselamatkan dan bisa sampai ke tangan pemiliknya.
"Menurut prediksi saya, untungnya Garuda kan cukup banyak. Selain jamaah yang reguler ada yang khusus. Malah living itu ada yang sewa. Garuda ke Saudi juga 2 kali seminggu. Harusnya Garuda bisa bertanggungjawab agar semua barcer bisa terangkut," jelas Ali kepada Republika, Rabu (23/10).
Di samping itu, Ali mengharapkan agar jamaah haji yang akan pulang ke Tanah Air bisa mematuhi peraturan yang ditetapkan Garuda, yaitu 32 Kg untuk koper dan 7 kg untuk tas yang dibawa ke kabin pesawat.
Ia mengingatkan, tindakan jamaah yang tidak mematuhi aturan tersebut justru malah membahayakan keselamatan diri jamaah sendiri. "Itu makanya tentengan berapa dan bagasi berapa sudah ada aturannya," sambungnya.
Selain petugas Garuda, pembimbing Ibadah, ketua regu, ketua kloter, dan ketua KBIH diharapkan juga berperan aktif mengingatkan jamaah agar tak membawa barang berlebih.