REPUBLIKA.CO.ID, -- Pelaksanaan ibadah haji hampir berakhir seiring arus pemulangan jamaah dari Jeddah, Arab Saudi, ke Tanah Air.
Reporter Republika Yeyen Rostiyani berkesempatan berbincang dengan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Anggito Abimanyu di Jeddah terkait evaluasi pelaksanaan ibadah haji 2013 ini.
Menurut evaluasi Anda, bagaimana penyelenggaraan ibadah haji 2013 ini?
Secara umum, semua kinerja aspek perencanan dan pelayanan membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Mulai dari tingkat persetujuan Badan Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), baik BPIH awal maupun perubahan pascapemotongan 20 persen di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sehingga menjadi lebih berbobot dan lebih cepat dari jadwal, opersional, mulai dari pengisian kuota, pembinaan petugas, dan pembimbing, serta manasik, pelayanan embarkasi, dan di Arab Saudi. Semua itu berjalan sesuai rencana serta prosesi ibadah haji selama di Makkah, Armina (Arafah, Musdalifah, dan Mina), dan Madinah juga berjalan lancar.
Kondisi apa saja yang masih perlu dikoreksi atau ditingkatkan?
Dari hasil evaluasi internal kami sementara ditemukan sampai dengan gelombang pertama pelaksanaan ibadah haji 2013, pelayananan, dan bimbingan ibadah agak menurun kinerjanya. Ini akan menjadi bahan evaluasi dan koreksi sekarang dan tahun depan.
Di samping itu, mengenai pelayanan umum, masalah kondisi perumahan di Makkah masih terdapat kelemahan. Tapi, kami sudah mempersiapkan strategi koreksi ke depan.
Salah satu isu klasik, yaitu tentang pemondokan. Apa strategi tahun depan untuk menjawab keluhan seputar pemondokan?
Sebetulnya, secara umum respons para jamaah lebih dari 90 persen merasa puas. Jika ada ketidakpuasan dengan kondisi pemondokan, sebagian besar mereka memakluminya. Tapi, kami masih mendapati rumah-rumah di Makkah yang kurang layak huni.
Tahun depan, rumah-rumah tersebut tidak akan lagi dimanfaatkan. Di samping itu, kami sedang mengkaji kembali kriteria pemilihan pemondokan di Makkah.
Dengan keberhasilan menambah dan meningkatkan bis salawat. Maka, kriteria jarak pemondokan ke Masjidil Haram tidak lagi menjadi faktor terpenting dalam pemilihan pemondokan.
Kami juga yakin dengan pemetaan pemondokan di Makkah serta situasi pasar pascapemotongan kuota 20 persen. Tahun depan, harga atau sewa pemondokan akan lebih rasional.
Menurut Anda, bagaimana karakteristik jamaah kita dibandingkan jamaah negara lain?
Menurut pendapat para pemilik rumah ataupun penyedia jasa pelayanan di Arab Saudi, jamaah haji Indonesia dikenal ramah, sabar, taat beribadah, dan ikhlas menerima keadaan.
Kemandirian jamaah membaik meskipun masih terdapat jamaah yang belum mandiri dalam beribadah maupun ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan.
Untuk pertama kalinya, jamaah gelombang pertama yang pulang tidak lagi menunggu di hotel transit. Mengapa?
Ada dua pertimbangan, yakni pertama keamanan jamaah karena Jeddah bukan merupakan areal perhajian yang dijaga keamanannya oleh Pemerintah Arab Saudi. Kedua, menghemat biaya penyewaan hotel dan katering di Jeddah.
Terkait kerja sama bidang perhajian dengan negara lain, apakah ada kekhawatiran bahwa hal itu justru akan dinilai langkah ofensif di mata Saudi?
Kerja sama dalam berbagai bidang pelayanan jamaah haji dengan negara-negara pengirim jamaah sudah mulai dijajaki sesudah musim haji tahun lalu.
Bentuk kerja sama dan teknis detail akan dibahas segera setelah musim haji ini dengan tujuan meningkatkan pelayanan ibadah haji kepada jamaah tanpa merugikan posisi kita di mata Pemerintah Arab Saudi
Bagaimana rencana Anda terkait pengelolaan dana haji? Hasil apa pun dari investasi itu rencananya dialokasikan untuk apa saja?
Pengeloaan dana haji dengan segala keterbatasannya dilakukan secara amanah, jujur, dan profesional. Saat ini, dana haji ditempatkan di perbankan dan sukuk negara.
Dana di perbankan akan dipindahkan ke bank syariah dengan akad wakalah dan penjaminan penuh dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Bagi hasil yang diterima sesuai dengan kondisi pasar dana yang berlaku. Penempatan di sukuk dimanfaatkan untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan mulai tahun depan sebagian untuk pembangunan proyek asrama haji yang sumber dananya dari sukuk.
Penempatan melalui sukuk dilakukan secara bilateral dengan yield mengikuti yield sukuk pada seri obligasi negara yang berlaku di pasar.
Apa sebetulnya tantangan terbesar dalam penyelenggaraan ibadah haji?
Dari sisi internal adalah kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang belum dapat dipenuhi dari sisi kuantitas maupun kualitas bagi penyelenggaraan ibadah haji. Kami kekurangan tenaga di bidang keuangan, akuntansi, dan informasi teknologi.
Dari sisi eksternal adalah sering terjadinya perubahan kebijakan di Arab Saudi yang mendadak. Perubahan global dan di pemerintahan Arab Saudi ini membutuhkan organisasi yang mampu beradaptasi setiap saat dan kondisi SDM di PHU juga belum memiliki pola pikir perubahan. Namun, kami percaya organisasi kami mampu untuk menyesuaikannya.