Jumat 10 Jan 2014 04:11 WIB

Daya Pikat Umrah Backpacker

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Julkifli Marbun
Umrah backpacker (ilustrasi)
Foto: daenggassing.com
Umrah backpacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ingin berumrah dengan biaya minimal? Tentunya setiap orang menginginkannya. Jika cara semacam itu yang dipilih, tak ada salahnya untuk melirik umrah backpacker. Untuk melakukan umrah seperti ini rupanya tak begitu sulit.

Jika berselancar di internet, cukup banyak informasi dan penawaran terkait umrah backpacker ini. Biayanya berkisar dari Rp10-13 juta atau nyaris terpaut separuh lebih murah dibandingkan menggunakan biro travel umrah berbintang.

"Saya mencoba umrah backpaker ini karena pertimbangan harga saja, biar bisa lebih murah," kata Lusiana Indriasari Sagita, salah satu backpacker asal Lampung.

Lusi, begitu ia akrab disapa, dijadwalkan meninggalkan Tanah Air pada 18 Januari dan kembali lagi pada 30 Januari mendatang. Selama jangka waktu tersebut, ia menganggarkan biaya untuk transportasi, penginapan dan visa selama di Tanah Suci hanya berkisar Rp 10 juta.

Dari Indonesia, ia mengaku pergi secara berkelompok melalui perantara Menara Wisata -- salah satu travel umrah dengan spesialisasi program backpacker. Pengalaman beribadah ke Tanah Suci nanti merupakan debutnya. ''Semoga sih lancar saja dan alhamdulillah rencananya kami akan berangkat dalam kelompok berjumlah 31 orang,'' kata dia.

Untuk mencari kawan berkelompok, Lusi ternyata memanfaatkan forum Kaskus di dunia maya. Dari hasil 'woro-woro' di ruang virtual itulah ia mendapatkan kawan untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci. "Sampai sekarang sih belum ada yang benar-benar kenal," katanya.

Walau belum pernah melakukan umrah namun Lusi sudah cukup mengantungi banyak informasi dari hasil berselancar di dunia maya maupun bertanya kepada para rekannya yang sudah pernah berumrah. Ia juga mengatakan untuk melakoni umrah backpacker ini, dirinya hanya berusaha mencari tiket murah saja secara mandiri. "Kalau visa dan pembimbing di sana sudah dibantu sama pihak dari Menara," katanya.

Hiqmad Muharman, marketing Doa Arofah Madinah (DAM) Tour, pernah bercerita untuk menjalani umrah backpacker ini harus dalam jumlah besar. Jumlah anggota minimal, kata dia, sebanyak 20 orang. Jumlah tersebut diharapkan bisa menekan biaya umrah. Sejauh ini pihaknya membanderol biaya hingga Rp 13 juta. "Dengan jumlah jamaah sebanyak itu, kita juga bisa menyediakan jasa mutawif saat jamaah tiba di Tanah Suci," katanya.

Peran mutawif, kata Hiqmad, lebih bertujuan untuk membantu saat berada di saat berada di kantor imigrasi maupun mencarikan tempat penginapan dan sarana tranportasi selama beribadah di Tanah Suci. Sedangkan untuk menuju ke Tanah Suci, kata dia, pihaknya tidak memberi layanan tiket berombongan. "Jamaah sendiri yang mencari tiketnya," katanya.

Sementara itu Ahmad Zaki Amin, salah satu pembimbing dari KBIH Al Hikmah, menjelaskan untuk menjadi seorang umrah backpacker dibutuhkan fisik dan pengetahuan yang cukup. Fisik yang prima, kata dia, menjadi modal dasar. "Karena semuanya dilakukan secara mandiri, berbeda kalau melalui travel yang sudah dibantu pengurusannya," kata dia.

Sejauh ini, Zaki belum berani untuk menjadi pembimbing umrah backpacker. Hal ini dilatari para jamaah yang biasa dibimbingnya adalah orang yang sudah berusia uzur. Namun ia cukup percaya diri jika ada kerabat berusia muda yang ingin berumrah dengan cara seperti itu. "Kebetulan saya juga memiliki adik yang tinggal di sana. Itu akan sangat membantu dalam proses pengurusan visa karena memiliki contact person di sana."

Jika ingin umrah backpacker, Zaki sangat menyarankan agar memiliki pendamping yang sudah memahami benar situasi di Tanah Suci. Ia pun juga meminta pelaku umrah backpacker memiliki buku manual yang menjelaskan situasi di Makkah maupun Madinah. "Namanya juga sebagai backpacker, tentunya mereka harus memiliki pengetahuan yang cakap terhadap tempat yang hendak dikunjunginya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement