Rabu 27 Aug 2014 12:17 WIB

Tanah Haram (3)

Satu sudut Kota Makkah dilihat dari udara.
Foto: AP Photo/Amr Nabil/ca
Satu sudut Kota Makkah dilihat dari udara.

Oleh: Damanhuri Zuhri

Prof Dr HM Quraish Shihab dalam bukunya Haji dan Umrah bersama HM Quraish Shihab menjelaskan, memang pada saat itu kaum Musyrikin di Makkah melecehkan kehormatan, bahkan menganiaya Nabi Muhammad SAW.

Namun, Allah SWT dengan firman-Nya itu seakan-akan mengatakan, “Kota Makkah tetap agung di sisi-Ku, walaupun Nabi yang Ku-cintai diperlakukan di sana secara tidak wajar, karena itu engkau pun Wahai Muhammad, harus tetap mengagungkannya, walaupun mereka telah melampauai batas.”

Apa pesan ayat-ayat di atas untuk para calon jamaah haji? Menurut Quraish Shihab, di sana para jamaah haji boleh jadi akan mendapatkan perlakuan tidak wajar dari penduduk setempat atau dari sesama jamaah pendatang.

Keberadaan manusia yang sedemikian banyak, dengan berbagai dampak, perbenturan kepentingan, cuaca yang tidak mendukung, adat istiadat yang berbeda, keletihan fisik dan sebagainya, semuanya dapat melahirkan ketersinggungan, bahkan perlakuan tidak wajar, yang kemudian melahirkan kejengkelan.

Tidak jarang perlakuan yang tidak wajar  yang diterima dari penduduk satu kota atau dari situasi kota itu sendiri, mengakibatkan seseorang meremehkannya dan atau bersumpah untuk tidak ingin mendatangi lagi tempat itu.

Nah, ayat di atas agaknya berpesan apa pun yang dihadapi dan dialami selama berada di Tanah Haram, jangan sampai kesalahan dan kemarahan ditumpahkan ke Kota Suci itu.

Bukankah Allah SWt dan Rasul-Nya tetap mengagungkannya, walau penganiayaan terhadap Rasul SAW telah mencapai puncaknya?

Kota Suci Makkah, apa pun yang terjadi, tetap harus dekat di hati setiap Muslim. Ini agaknya menjadi sebab mengapa setiap kali Allah SWT menunjuk Kota Makkah dengan kata balad (kota), selalu digunakanNya kata hadza yang berarti ini, yakni kata yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat.

Kota Suci Makkah memang selalu dekat di hati orang-orang yang beriman, sehingga selalu saja hati mereka cenderung kepadanya. Walaupun telah berulang-ulang berkunjung, hati selalu saja lekat dan merasa terpanggil untuk kembali ke sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement