REPUBLIKA.CO.ID, Jamaah haji juga akan mendapatkan fadhilah yang amat besar. Ada dua hal, menurut Luthfi, keutamaan orang yang menunaikan haji.
Pertama, dia mendapatkan pahala dan yang kedua mendapatkan kenikmatan rohani. “Orang yang melaksanakan ibadah haji akan diampuni dosa-dosanya. Tentu, tidak ada pahala yang layak selain surga,” katanya.
Sedangkan kenikmatan rohani, biasanya orang yang telah melaksanakan ibadah haji berharap ingin kembali ke sana. Meskipun ketika beribadah mereka mengalami cobaan dan ujian, mereka akan mendapatkan kenikmatan spiritual dan keimanan yang semakin tinggi.
Jamaah haji yang sedang beribadah biasanya mengalami banyak ketidaknyamanan. Tetapi mereka yang memiliki keimanan tinggi, tetap akan mendapatkan kekhusyukan ibadah. Ibadah haji merupakan sarana melatih kesabaran.
Sudah tentu bekal utama yang harus dibawa ketika beribadah haji, yakni ketakwaan, spiritual, dan fisik. “Ketika seseorang pergi haji tidak melepas keegoisannya maka ibadah hajinya akan terganggu karena seringnya marah-marah,” ujarnya.
Jamaah haji juga mesti memiliki fisik yang kuat karena akan banyak aktivitas ibadah dalam bentuk gerak. Seperti halnya orang yang berthawaf, dia akan berdesak-desakan dengan ribuan jamaah lain hingga tujuh kali putaran.
Dia juga harus berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah yang putarannya mencapai 3,5 kilometer. Begitu juga kesiapan fisik dengan udara yang panas lebih dari 40 derajat Celcius ketika wukuf di Arafah dan berdesak-desakkan ketika melempar jumrah.
Dosen Ushul Fiqh UIN Syarif Hidayatullah Dr KH Rusli Hasbi mengatakan, makna haji secara bahasa merupakan datang ke tempat yang dianggap sangat suci oleh sekelompok umat untuk bermunajat kepada Allah dan untuk mencapai tujuan akhirat.
Secara agama, haji adalah rukun Islam yang kelima yang dilakukan di Makkah dengan melaksanakan rukun-rukunnya yang dilakukan hanya saat bulan Dzulhijjah. Enam rukun haji, yaitu, niat dan ihram, thawaf, sai, wukuf di arafah, dan tahalul.
Rusli menyebut akan muncul kesadaran beriman bagi orang yang telah menunaikan haji. Selain itu, solidaritas umat dan rasa peduli sesama Muslim menjadi hikmah disyariatkannya haji. “Kita harus saling memahami ketika ada ritual ibadah yang berbeda karena adat istiadat di antara sesama Muslim yang berasal dari berbagai negara.” Haji juga sebagai alat untuk meningkatkan kesabaran.