REPUBLIKA.CO.ID, Indikasi seseorang mendapatkan haji mabrur bisa terlihat dalam kesehariannya ketika sudah kembali ke Tanah Air.
Menurut Kiai Ahmad, indikasi haji mabrur, yaitu semakin bersemangat untuk beribadah. “Kita bisa lihat setelah pulangnya. Kalau shalatnya tidak tambah rajin, sedekahnya tidak bertambah, hubungan dengan orang lain tidak lebih baik, ini berarti hajinya tidak mabrur,” katanya.
Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) KH Kurdi Mustofa menjelaskan, ada golongan yang tidak mendapatkan apa-apa sepulang dari Baitullah.
Menurut Kurdi, persentase yang disyaratkan oleh Rasul tentang haji mabrur sangat sedikit. Banyak di antara mereka justru mendapatkan gelar haji mardud (ditolak).
“Jadi, sedikit dari jamaah haji yang mendapat predikat haji mabrur. Selebihnya? Dikatakan dalam satu riwayat, yang mabrur dan mardud satu banding seribu,” ujarnya.
Ada pula jamaah haji yang hanya memenuhi kriteria syarat sah haji saja. Mereka tidak mempunyai suatu nilai tambah apa-apa. “Mereka yang seperti ini, tentu nilai mabrur sebuah haji masih dipertanyakan,” kata Kurdi.
Ia menuturkan, masalah yang akan ditemui di Baitullah banyak sekali. Jutaan jamaah dari berbagai negara juga menyumbang permasalahan tersendiri. “Ini ujian apa jamaah bisa melewati masalah-masalah itu.”
Tentu pada akhirnya akan ada kalkulasinya. Ada jamaah haji yang perhitungan sah secara syariatnya saja. Ada perhitungan mabrur secara hakikatnya. “Kalau perhitungan sah secara syariat, sudah terpenuhi ketentuan rukun dan syaratnya saja itu sudah sah,” ujarnya.
Tapi, apakah orang tersebut mendapatkan mabrur dan diterima di sisi Allah? Tentu, hanya Allah yang Mahatahu mengenai hal itu.