Selasa 16 Sep 2014 11:14 WIB

Prof Dadang Kahmad, Spiritualitas Ibadah Haji (3-habis)

Prof H Dadang Kahmad.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Prof H Dadang Kahmad.

Oleh: Heri Ruslan

Dadang mengungkapkan, haji bukanlah sekadar ibadah ritual, tetapi juga bernilai sosial.

Menurut dia, Rasulullah SAW saat berhaji wada (perpisahan) pernah bersabda,” Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, sama sucinya seperti hari ini. Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya, tidak boleh dirampas hartanya, dan tidak boleh dicemarkan kehormatannya.”

"Ibadah haji itu bernilai ritual, sosial, bahkan kolosal," ungkap penulis buku Sosiologi Agama  itu. Menurutnya, haji merupakan ibadah yang mengandung makna ritualitas sangat tinggi dalam aspek historis dan sosiologis.

Ia pun mengutip pendapat seorang intelektual Muslim kontemporer, Ali Syariati, yang menyatakan pakaian adalah status yang dapat memantik sikap diskriminasi dan sikap egois. Pakaian telah menjadi pemecah-belah manusia.

Karena itu, ketika berhaji, pakaian ihram yang hanya dua helai tanpa jahitan itu bukanlah penghinaan, tetapi merupakan gambaran kedudukan manusia di hadapan Allah.

"Manusia adalah sama di hadapan-Nya. Pakaian ihram telah mengubur sikap egois dan kesombongan karena mengukur manusia dalam kelas sosial, kedudukan sosial, dan ras kebangsaan," paparnya.

Menurut Dadang, dengan ibadah haji, umat Islam dituntun untuk menyempurnakan ibadah secara menyeluruh. "Syahadat kita dibuktikan, shalat dijalankan, puasa, dan berkurban bagi sesama manusia sekaligus harus dijalani. Syiar menjaga kelestarian alam lingkungan serta menyatukan kesatuan umat Islam sekaligus persaudaraan kemanusiaan sejagat diajarkan dengan ibadah haji ini."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement