Rabu 17 Sep 2014 06:30 WIB

Haji Bermodalkan Takwa (1)

Rep: c72/ Red: Agung Sasongko
 Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini meresmikan peluncuran program warasosial SMART Ekselensia Indonesia di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini meresmikan peluncuran program warasosial SMART Ekselensia Indonesia di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana dalam ibadah haji di Tanah Suci sungguh membuat kerinduan yang mendalam. Kerinduan ini membuat sosok Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini selalu ingin kembali ke tanah suci.

"Saya melaksanakan ibadah haji pada 2004, itu merupakan pengalaman haji saya yang pertama dan satu-satunya, meskipun saya sangat ingin untuk kembali melakukan ibadah haji namun saya masih enggan untuk merealisasikanya," ucapnya.

Juwaini beralasan, hal yang membuatnya berpikir ulang untuk kembali pergi haji adalah kuota haji. Pembatasan jumlah umat Islam Indonesia yang dibolehkan berangkat haji membuat masyarakat harus antre beberapa tahun.

"Hal itulah yang membuat saya tidak sampai hati jika ingin kembali melaksanakan ibadah haji, lebih baik kesempatan yang saya miliki saya berikan kepada masyarakat lainya yang mungkin belum sempat melaksanakan ibadah haji," ucapnya.

Tak heran jika ia sempat beberapa kali melakukan ibadah umrah. Ini dilakukan hanya sekedar melepas rindu sembari tak mengurangi kesempatan orang lain untuk pergi haji.

Gratis

Juwaini menjelaskan kesempatannya melaksanakan ibadah haji untuk yang pertama dan satu-satunya tersebut hanya bermodalkan takwa.

"Saat itu saya ingin sekali beribadah haji namun saya belum memiliki uang yang cukup, namun saya mendapat nasehat dari salah satu teman saya yang mengatakan bahwa jika memang berniat untuk beribadah haji maka menabunglah terlebih dahulu," ucap Ahmad.

Juwaini mulai menabung sedikit demi sedikit. Setelah beberapa waktu, ada rekannya yang menawarkan berangkat haji secara gratis.  "Tabungan saya belum cukup untuk naik haji namun ternyata Allah menwujudkan cita-cita saya dengan cara lain yang lebih indah, hal ini membuktikan bahwa uang bukan satu-satunya bekal utama dalam ibadah haji melainkan niat dan takwa," ucapnya.

Akhirnya, Juwaini menerima tawaran itu. Selanjutnya, tabungan yang dimilikinya digunakan untuk membiayai ibadah haji istrinya. "Kami dapat bersama-sama melaksanakan ibadah haji," ucap Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement