REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
JEDDAH -- Pelaksanaan wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina tinggal dua pekan. Tim Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi memastikan kesiapannya.
Kepala Bidang Kesehatan PPIH Indonesia di Arab Saudi, dr Fidiandjah, menyatakan salah satu kesiapannya adalah pihaknya akan mendirikan klinik kesehatan di tiap-tiap maktab.
"Optimalisasi klinik Maktab di Armina ini berintegrasi dengan pelayanan kloter. Kita himpun semua dokter di kloter untuk bertugas di klinik kesehatan," ujar Fidiansjah usai rapat koordinasi PPIH di kantor Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI, di Jeddah, Arab Saudi.
Menurutnya, kondisi itu membawa konsekuensi, adanya jamaah yang protes kalau jarak mereka di pemondokan dengan klinik kesehatan akan berjauhan.
Namun, Fidiansjah menyatakan jauh dekat adalah relatif, sebab masih banyak jamaah yang tertangani dengan baik bila klinik kesehatan tersedia di masing-masing maktab.
"Kebijakan ini memungkinkan jamaah mendapatkan pelayanan secara cepat karena pelayanan didekatkan kepada jamaah. Antar dokter kloter juga saling sinergi melayani jamaah haji," jelas Fidiansjah.
Dia mengungkapkan, bangunan klinik kesehatan akan minimalis, tidak seperti kondisi ideal. Meski demikian, keberadaan klinik kesehatan ini sangat membantu jamaah haji yang sedang menderita sakit, butuh penanganan cepat serta bila ada kondisi yang tak diinginkan di lapangan.
Jumlah maktab yang dialokasikan untuk jamaah haji Indonesia reguler sebanyak 52 maktab, mulai nomor 1 sampai dengan 52.
Namun demikian, maktab nomor 51 dan 52 akan diisi kloter gabungan dan kloter terakhir sehingga dalam qur’ah ini tidak akan muncul nomor maktab 51 dan 52.
Kapasitas masing-masing maktab rata-rata sebanyak tiga ribu jamaah haji, yang terdiri dari tujuh sampai dengan delapan kloter.
Penempatan jamaah dan petugas kloter di pemondokan Makkah dipisah antara laki-laki dan perempuan dengan memanfaatkan selisih distribusi kapasitas setiap kloter.